GAZA, KOMPAS.TV - Seorang warga Palestina mengungkapkan kisah sedihnya mengurus anak yatim piatu dan disabilitas di Gaza saat serangan Israel.
Direktur Panti Asuhan di Gaza, Hazem Saeed Al-Naizi mengaku dirinya ketakutan sejak blokade total Israel.
Ia khawatir mengenai makanan air, dan keperluan harian dari puluhan anak-anak dan orang muda yang yatim piatu dan disabilitas yang akan habis.
Ketika serangan merusak masjid di dekat panti asuhan miliknya, Mabarat Al-Rahma pada 27 Oktober, Al-Naizi mengaku ia dihadapkan pada keputusan menyakitkan apakah akan mengevakuasi anak-anak dan remaja.
Baca Juga: Ditekan AS, Israel Akhirnya Izinkan 2 Truk Bahan Bakar Masuk Gaza Setiap Hari
“Terjadi kekacauan di tempat itu, anak-anak menangis dan asap serta api menyebar,” kata Al-Naizi kepada CNN, Jumat (17/11/2023).
“Kami harus cepat memindahkan anak-anak ke tempat aman dan memadamkan api untuk menyingkirkan asap yang nyaris membunuh kami semua,” ujarnya.
Pada 2 November, ketika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menutup Gaza, Al-Naizi mengatakan ia tak memiliki pilihan untuk memindahkan 40 orang dari panti asuhan, delapan di antaranya adalah bayi.
Ia juga membawa makanan dan baterai yang tak mudah rusak, ke dalam tiga bus besar.
Menurut Al-Naizi dibutuhkan waktu dua jam untuk mengevakuasi kelompok tersebut karena banyak anak yang harus digendong.
Namun, mereka hanya berhasil menempuh perjalanan sekitar 1,2 mil, sebelum mendirikan tempat penampungan sementara.
“Banyak jalanan ditutup sebagai hasil penimbunan kembali bangunan yang hancur, serta jalan yang tak layak dilalui kendaraan,” kata Al-Naizi.
“Kami tidak dapat melarikan diri ke selatan Gaza. Kota itu telah terkepung seluruhnya,” ucapnya.
Al-Naizi sendiri mengakui dirinya menghadapi pilihan yang mustahil, tetap tinggal dengan risiko terbunuh atau lari ke suatu tempat tanpa ada jaminan keselamatan.
“Kemana saya akan meninggalkan anak-anak ini, di jalanan?” tuturnya.
Baca Juga: Pasokan Medis Habis, RS Indonesia di Gaza Berhenti Beroperasi, Tak Bisa Lagi Rawat Pasien
“Kami tak memiliki harapan, kecuali perang ini akan berakhir sesegera mungkin,” ujarnya.
Israel meluncurkan kampanye militer dengan target menghancurkan Hamas dan menyelematkan lebih dari 240 sandera, setelah serangan yang dilakukan kelompok tersebut ke wilayah Israel.
Namun, alih-alih menghancurkan Hamas, serangan Israel malah membuat belasan ribu warga sipil Palestina terbunuh.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 11.470 orang terbunuh, termasuk 4.707 anak-anak.
Sumber : CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.