JAKARTA, KOMPAS.TV - Negara-negara anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) kembali gagal mencapai kesepakatan dalam resolusi perang Israel-Hamas, Senin (6/11/2023).
Ketidaksepakatan terjadi karena perbedaan diksi 'jeda kemanusiaan' yang diusung Amerika Serikat dan 'gencatan senjata kemanusiaan' yang diperjuangkan sebagian besar anggota DK PBB, untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan dan mencegah lebih banyak kematian warga sipil di Gaza.
Perang antara Israel dan Hamas memasuki bulan kedua. Jumlah kematian pun terus bertambah di Gaza, wilayah Palestina yang telah diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007.
Seruan gencatan senjata dari kelompok-kelompok kemanusiaan semakin keras, meskipun tampaknya tidak mempengaruhi pemimpin Israel atau sekutu kuncinya, Amerika Serikat.
Lebih dari 10.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, kata Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Senin.
Pada hari yang sama, para pemimpin dari 18 lembaga PBB mengeluarkan pernyataan bersama yang jarang terjadi, mengulangi desakan mereka untuk dilakukannya gencatan senjata segera, serta pembebasan tawanan sipil dan tanpa syarat.
"Sudah cukup. Ini harus berhenti sekarang," tulis para penandatangan, yang mencakup kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNICEF, dan Komisaris Tinggi untuk Pengungsi.
Para aktivis dan pemimpin dunia lain juga telah mengeluarkan seruan serupa, yang semakin keras dalam beberapa hari terakhir.
Baca Juga: Korban Sipil Terbunuh Serangan Israel ke Gaza dalam Sebulan Lebih Banyak dari 2 Tahun Perang Ukraina
Jeda Kemanusiaan atau Humanitarian Pause in hostilities
PBB mendefinisikan jeda kemanusiaan sebagai "penghentian sementara pertempuran semata-mata untuk tujuan kemanusiaan ... biasanya untuk periode tertentu dan area geografis tertentu di mana aktivitas kemanusiaan akan dilaksanakan."
Jeda kemanusiaan berarti menghentikan operasi militer di area tertentu selama periode waktu tertentu, berbeda dengan gencatan senjata yang lebih luas.
Gencatan Senjata Kemanusiaan atau Humanitarian Cease-Fire
PBB mendefinisikan gencatan senjata sebagai "penghentian pertempuran yang disepakati oleh pihak-pihak dalam konflik, biasanya sebagai bagian dari proses politik.
Biasanya bertujuan memungkinkan pihak-pihak terlibat dalam dialog, termasuk kemungkinan mencapai penyelesaian politik permanen.
Israel menentang gencatan senjata karena belum mencapai tujuan yang dinyatakan yaitu membubarkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, kata mantan Duta Besar AS untuk NATO Ivo Daalder kepada NPR.
Jadi, jeda kemanusiaan berarti menghentikan operasi militer di area tertentu selama waktu yang ditentukan, berbeda dengan gencatan senjata kemanusiaan yang lebih luas.
"Satu bersifat sementara dan dirancang untuk mencapai sesuatu yang sedang terjadi di lapangan," kata Daalder.
"Yang lainnya dirancang untuk bersifat permanen dan mengakhiri fase militer dari konflik."
Dia mengatakan kematian warga sipil yang meningkat di Gaza adalah latar belakang dari seruan gencatan senjata yang semakin meningkat - serta desakan pemerintahan Presiden AS Joe Biden kepada Israel untuk "menemukan cara yang lebih selektif untuk melanjutkan perang tanpa harus memengaruhi semua warga sipil ini."
AS sejauh ini selalu menyatakan mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri dan menentang gencatan senjata saat korban warga sipil di Gaza terus berjatuhan.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan gencatan senjata akan memungkinkan Hamas "untuk berkumpul kembali dan mengulang apa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober."
Sumber : Associated Press, NPR, Chatham House
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.