"Sebuah populasi dikepung dan diserang, tanpa akses ke kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, dibom di rumah mereka, tempat perlindungan, rumah sakit, dan tempat ibadah mereka. Ini tidak dapat diterima. Kita perlu gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang," ujar mereka.
Baca Juga: Hamas Bantah Keras Tuduhan Israel Soal Terowongan dan Roket Dekat Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Pernyataan itu ditandatangani oleh 18 pihak, termasuk Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths.
Serangan udara, darat, dan laut di Gaza semalam adalah salah satu yang paling intens sejak Israel memulai serangannya setelah serangan pada 7 Oktober, di mana Hamas menewaskan 1.400 orang dan menawan lebih dari 240 orang.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan puluhan orang tewas akibat serangan udara Israel di Kota Gaza dan lingkungan Gaza selatan seperti Zawaida dan Deir Al-Balah.
Sumber medis mengatakan setidaknya 75 warga Palestina tewas dan 106 luka-luka dalam serangan tersebut. Pejabat kesehatan mengatakan delapan orang tewas dalam serangan udara di Rumah Sakit Kanker Rantissi di Kota Gaza.
Orang-orang mencari korban atau yang selamat di kamp pengungsi Maghazi di Gaza, di mana kementerian kesehatan mengatakan pasukan Israel menewaskan setidaknya 47 orang dalam serangan pada hari Minggu.
Baca Juga: MER-C Bantah Israel yang Tuduh RS Indonesia Simpan Terowongan Hamas: Murni untuk Kepentingan Medis
"Dari malam sampai pagi, saya dan pria lain mencoba mengeluarkan mayat dari puing-puing. Kami menemukan anak-anak, tubuh yang terpotong-potong," kata Saeed al-Nejma, 53 tahun.
Dalam serangan terpisah, 21 warga Palestina dari satu keluarga tewas dalam serangan udara, kata Kementerian Kesehatan.
Pasukan militer Israel berkilah serangannya menyasar "terowongan, teroris, kompleks militer, pos pengamatan, dan pos peluncuran peluru anti-tank".
Pasukan darat membunuh beberapa pejuang Hamas saat merebut kompleks milisi yang berisi pos pengamatan, area pelatihan, dan terowongan bawah tanah.
Upaya diplomatik Amerika Serikat (AS) di wilayah ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko eskalasi konflik. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melakukan perjalanan ke Ankara untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, yang menyatakan perlunya gencatan senjata di Gaza diumumkan segera.
Sumber : Anadolu / UNRWA
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.