Pasien terus berdatangan dengan luka yang mengancam jiwa, seperti lengan yang terputus dan luka bakar.
"Ini sangat menakutkan," katanya.
Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, rumah sakit terbesar di wilayah itu, mengatakan akan mengubur 100 jenazah dalam kuburan massal sebagai langkah darurat setelah kamar mayat penuh, dengan kerabat yang tidak dapat mengubur orang yang mereka cintai.
Puluhan ribu orang yang mencari perlindungan berkumpul di area rumah sakit.
Gaza menghadapi krisis kemanusiaan akibat kelangkaan air dan pasokan medis yang semakin memburuk akibat pengepungan Israel yang sudah berlangsung selama 16 tahun.
Warga mengatakan mereka tidak dapat membeli roti karena toko-toko tutup. Israel juga memotong pasokan air, memaksa banyak orang bergantung pada sumur yang airnya payau.
Baca Juga: Kapal Induk Kedua AS ke Palestina, Ternyata untuk Cegah Pihak Lain Mengganggu Serbuan Israel ke Gaza
Israel memerintahkan lebih dari 1 juta warga Palestina, hampir setengah dari penduduk wilayah tersebut, untuk pindah dari utara ke selatan.
Militer mengatakan mereka mencoba membersihkan warga sipil menjelang kampanye besar melawan Hamas di utara, di mana mereka mengeklaim kelompok perlawanan Palestina itu memiliki jaringan terowongan, bunker, dan peluncur roket yang luas.
Hamas mendesak warga untuk tetap tinggal di rumah, dan militer Israel merilis foto yang diklaimnya menunjukkan kelompok tersebut menghentikan lalu lintas dari bergerak ke arah selatan.
PBB dan kelompok-kelompok penyedia bantuan mengatakan evakuasi massal di Gaza dan blokade total Israel, akan menyebabkan penderitaan manusia yang tak terhingga.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan evakuasi "dapat dianggap sebagai hukuman mati" bagi lebih dari 2.000 pasien di rumah sakit di utara Gaza.
Sekitar 500.000 orang, hampir seperempat penduduk Gaza, mencari perlindungan di sekolah-sekolah PBB dan fasilitas lain di seluruh wilayah, di mana pasokan air semakin menipis, kata Juliette Touma, juru bicara badan pengungsi PBB.
"Gaza kehabisan air," katanya.
Badan Pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) mengatakan sekitar 1 juta orang telah mengungsi di Gaza dalam satu minggu.
Amerika Serikat telah mencoba untuk memediasi kesepakatan untuk membuka kembali perlintasan Rafah di perbatasan Mesir-Gaza agar warganya dan warga asing lainnya dapat keluar dan bantuan kemanusiaan yang terkumpul di sisi Mesir dapat dibawa masuk.
Perlintasan yang kini ditutup karena serangan udara Israel itu, belum dibuka kembali.
Israel telah mengatakan pengepungan akan dicabut hanya jika para tawanan dikembalikan. Serangan roket Hamas ke Israel masih berlanjut pada Minggu, mendorong evakuasi yang lebih luas dari kota Israel di bagian selatan, Sderot.
Kota berpenduduk sekitar 34.000 jiwa itu terletak sekitar 1,6 kilometer dari Gaza dan sering menjadi target serangan roket.
"Anak-anak trauma, mereka tidak bisa tidur di malam hari," kata Yossi Edri kepada Channel 13 sebelum naik bus.
Sumber : RIA Novosti / Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.