Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahan bakar generator rumah sakit akan habis dalam kurun dua hari. PBB menyebut matinya generator akan membahayakan nyawa ribuan pasien.
Di tengah blokade, militer Israel memerintahkan sekitar 1,1 juta penduduk utara Gaza untuk mengungsi ke selatan jelang invasi darat potensial ke wilayah tersebut.
Namun, rumah sakit-rumah sakit enggan mengevakuasi diri karena membahayakan nyawa pasien.
Kepala pediatrik di Rumah Sakit Kamal Adwan, di utara Gaza, Hussam Abu Safiya, menyebut para korban luka tidak bisa dievakuasi. Ia menyebut banyak pasien yang mengalami luka parah seperti lengan putus dan luka bakar parah akibat bom Israel.
Abu Safiya menambahkan, terdapat tujuh bayi baru lahir yang bergantung pada ventilator di rumah sakit tersebut.
"Kami tidak bisa mengevakuasi, itu akan berarti kematian bagi mereka dan pasien lain dalam perawatan kami. Ini mengerikan," kata Hussam, dilansir Associated Press, Minggu.
Sementara Rumah Sakit Al Shifa, terbesar di Jalur Gaza, menggelar penguburan massal 100 jenazah sebagai tindakan darurat karena kamar mayat rumah sakit itu penuh. Puluhan ribu orang pun dilaporkan berlindung di kompleks rumah sakit dari serangan udara Israel.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun mengecam perintah evakuasi Israel dan menyebutnya "setara hukuman mati" bagi sekitar 2.000 pasien di rumah sakit-rumah sakit di utara Gaza.
Militer Israel memperbarui ultimatum evakuasi pada Minggu (15/10), mengaku tidak akan menyerang satu koridor ke selatan antara pukul 10.00 hingga 01.00 waktu setempat.
Tel Aviv mengeklaim ratusan ribu penduduk Gaza telah pergi ke selatan.
Baca Juga: Arab Saudi Disebut Tangguhkan Perundingan Normalisasi dengan Israel, Iran Serukan Persatuan Islam
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.