Pada paruh kedua tahun 1939, Inggris kemudian mengerahkan 30.000 tentara di Palestina dan melakukan pengeboman di desa-desa melalui udara, memberlakukan jam malam, rumah-rumah dihancurkan, dan penahanan administratif serta pembunuhan massal.
Bersamaan dengan itu, Inggris berkolaborasi dengan komunitas pemukim Yahudi dan membentuk kelompok bersenjata dan “pasukan kontra pemberontakan” yang terdiri dari para kombatan Yahudi bernama Pasukan Malam Khusus yang dipimpin Inggris.
Di dalam Yishuv, komunitas pemukim Israel, senjata diimpor secara diam-diam. Pabrik senjata juga dibangun guna memperkuat Haganah, paramiliter Yahudi yang kemudian menjadi inti tentara Israel.
Dalam kurun tiga tahun Pemberontakan Arab tersebut, 5.000 warga Palestina terbunuh, 15.000 hingga 20.000 orang terluka dan 5.600 orang dipenjarakan.
Pada tahun 1947, setelah berakhirnya Perang Dunia II, populasi Yahudi di Palestina membengkak 33 persen. Namun, mereka hanya memiliki 6 persen tanah.
PBB kemudian mengadopsi Resolusi 181, yang menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi.
Akan tetapi, Palestina menolak rencana tersebut karena rencana tersebut memberikan sekitar 56 persen wilayah Palestina kepada negara Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang subur.
Pada saat itu, warga Palestina memiliki 94 persen wilayah bersejarah Palestina dan mencakup 67 persen populasinya.
Baca Juga: Israel Tingkatkan Serangan di Gaza, YPSP Peringatkan Bencana Kemanusiaan Ancam Rakyat Palestina
Sebelumnya berakhirnya Mandat Inggris, paramiliter Zionis sudah melakukan operasi penghancuran kota-kota dan desa-desa guna memperluas perbatasan bagi negara Israel yang akan segera lahir.
Pada bulan April 1948, lebih dari 100 pria, wanita dan anak-anak Palestina dibunuh di Desa Deir Yassin di pinggiran Yerusalem.
Hal tersebut menjadi langkah awal operasi-operasi selanjutnya dari tahun 1947 hingga 1949. Lebih dari 500 desa, kota kecil dan kota besar di Palestina dihancurkan yang kemudian disebut warga Palestina sebagai Nakba, atau “bencana” dalam bahasa Arab.
Setidaknya, 15.000 warga Palestina terbunuh dalam puluhan pembantaian yang dilakukan.
Gerakan Zionis kemudian berhasil menguasai 78 persen wilayah bersejarah Palestina. Sisanya yang sebesar 22 persen dibagi menjadi wilayah yang sekarang menjadi Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Diperkirakan 750.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka. Saat ini keturunan mereka hidup sebagai enam juta pengungsi di 58 kamp kumuh di seluruh Palestina dan di negara-negara tetangga seperti Lebanon, Suriah, Yordania dan Mesir.
Pada tanggal 15 Mei 1948, negara Israel resmi berdiri. Keesokan harinya, perang Arab-Israel pertama dimulai dan pertempuran berakhir pada Januari 1949 setelah gencatan senjata antara Israel dengan koalisi negara Arab yang terdiri dari Mesir, Lebanon, Yordania dan Suriah.
Pada bulan Desember 1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 194, yang menyerukan hak bagi pengungsi Palestina untuk kembali ke tanah yang diduduki Israel.
Baca Juga: Israel Diduga Pakai Senjata Terlarang Bom Fosfor Putih di Area Padat Penduduk Palestina
Sumber : Kompas TV/Al Jazeera/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.