Rumah sakit tiga lantai berbentuk oktagonal dibangun dengan dana sekitar Rp126 miliar. Pada awal berdirinya, RS Indonesia memiliki 100 bed rawat inap, empat ruang operasi, dan 10 bed ICU.
Rumah Sakit Indonesia meyoritas dijalankan oleh staf dari Jalur Gaza dengan dibantu beberapa relawan Indonesia.
Usai peresmian Rumah Sakit Indonesia, menteri kesehatan Palestina waktu itu, Mufeed Mukhalat berterima kasih atas bantuan masyarakat Indonesia dalam membantu masyarakat Gaza.
"Rumah Sakit Indonesia akan menjadi rumah sakit utama di Gaza, dan itu juga akan menjadi pusat pengiriman bantuan kepada masyarakat di utara Gaza," kata Mufed Mukhalat dikutip Hospimedica, 11 April 2016.
Sementara itu, wakil menteri pekerjaan umum Palestina waktu itu, Naji Sarhan menyanjung kolaborasi yang dibuktikan dengan pendirian Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza.
"Rumah Sakit Indonesia adalah mandat dari rakyat Indonesia kepada Rakyat Palestina untuk menjadi salah satu rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, bahkan di seluruh Palestina. Rumah Sakit Indonesia juga menjadi rumah sakit utama di utara Gaza," kata Naji Sarhan.
Kendati Gaza tengah dibombardir Israel, Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad menyebut rumah sakit akan tetap beroperasi. Rumah sakit ini adalah salah satu rujukan utama korban perang.
"Rumah sakit masih beroperasi seperti biasa dan sangat bermanfaat bagi korban-korban disana. Dan rumah sakit itu jaraknya tiga kilometer dari perbatasan. Jadi Indonesia sangat dikenal para korban larinya ke rumah sakit Indonesia," kata Sarbini dikutip Tribunnews, Selasa (10/10).
Baca Juga: Kemlu Fokus Evakuasi 49 WNI di Gaza dan Tepi Barat: Jangan sampai Jadi Sasaran Tembak Israel
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.