Arifa Abu Laila (51), dari kota utara Beit Hanoun mengatakan, dia meninggalkan rumahnya dan sekarang mengungsi di sekolah UNRWA di pusat Kota Gaza.
“Kami keluar dan melihat ledakan dari semua sisi,” kata wanita itu.
“Saya seorang wanita sakit yang membutuhkan pengobatan, dan suami saya juga penderita diabetes. Dalam setiap perang, kami datang ke sekolah-sekolah UNRWA karena menurut mereka sekolah tersebut aman,” imbuhnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, warga Gaza mencari perlindungan di sekolah-sekolah UNRWA di tengah pemboman udara dan serangan lainnya.
Meskipun merupakan bagian dari program tanggap darurat UNRWA, sekolah-sekolah tersebut juga tidak luput dari kekerasan selama masa perang.
Menurut pernyataan UNRWA, dua sekolahnya, yakni di kamp pengungsi Jabalia di utara dan di pusat Kota Gaza mengalami kerusakan akibat serangan udara pasukan Israel.
“Dua sekolah UNRWA dibom,” kata juru bicara UNRWA Abu Hasna, sambil menjelaskan bahwa total 14 fasilitas PBB telah rusak akibat serangan udara Israel sejauh ini.
“Kami memiliki 200 fasilitas UNRWA yang terletak di antara pemukiman dan dikelilingi oleh berbagai institusi. Selama pemboman, 14 fasilitas mengalami berbagai kerusakan,” tuturnya.
“Salah satu sekolah dibom, mengakibatkan korban luka, dan ini berarti tidak ada tempat yang aman di Gaza,” imbuhnya, menegaskan.
Seorang nenek bernama Etemad Salem mengaku meninggalkan rumahnya di kamp Shujaiya bersama keluarganya pada malam hari karena intensitas pemboman.
“Saya merasa ini adalah gempa bumi atau hari kiamat,” kata pria berusia 70 tahun itu, menggambarkan pemboman itu sebagai hal yang mengerikan,
Rumah Salem dibom dalam serangan Israel terakhir, dan anak-anaknya mengatakan, mereka tidak punya pilihan selain pergi dan mencari perlindungan di sekolah UNRWA.
“Kami datang ke sini untuk menghindari kematian,” katanya.
Baca Juga: Militer Israel Rilis Rekaman Detik-Detik Luncurkan Serangan Udara ke Hamas
Meski demikian, Salem yang menderita diabetes dan tekanan darah tinggi tersebut mengaku tetap tidak bisa beristirahat.
“Ledakan tidak berhenti, dan di sini kami juga tidak bisa tidur,” katanya.
“Ini tempat yang aman, tapi tidak cocok untuk ditinggali lebih dari dua hari,” ujarnya.
Sumber : Aljazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.