GAZA, KOMPAS.TV - Serangan besar oleh tentara Israel mengintai Gaza usai serbuan Hamas yang menewaskan sedikitnya 250 warga sipil dan melukai 1.500 lainnya, Sabtu (7/10/2023). Serangan mengejutkan dari kelompok militan Hamas menjadi serangan paling mematikan di Israel dalam beberapa dekade terakhir.
Kombatan Hamas menangkap dan menyandera sejumlah warga sipil dan tentara ke dalam Gaza. Sedikitnya 232 orang di Jalur Gaza tewas dan 1.700 lainnya terluka dalam serangan Israel, demikian disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Palestina.
Konflik ini mengancam untuk eskalasi dengan ancaman pembalasan Israel. Pertanyaan besar saat ini adalah kapan Israel akan melancarkan serangan darat besar-besaran ke Gaza, sebuah langkah yang di masa lalu telah mengakibatkan korban yang lebih parah.
Militer Israel mengirimkan empat divisi pasukan serta tank ke perbatasan Gaza, bergabung dengan 31 batalion yang sudah berada di daerah tersebut, kata juru bicara militer Israel, seperti dilaporkan Associated Press, Minggu (8/10/2023).
Netanyahu berjanji Hamas "akan membayar harga yang belum pernah terjadi sebelumnya". Namun, dia juga memperingatkan, "Perang ini akan memakan waktu. Ini akan sulit."
Hamas mengatakan mereka mempersiapkan untuk perang berlarut dengan pertempuran yang berlangsung lama.
"Kami siap untuk semua opsi, termasuk perang total," kata wakil kepala biro politik Hamas, Saleh al-Arouri, kepada Al-Jazeera TV. "Kami siap melakukan apa pun yang diperlukan demi martabat dan kebebasan rakyat kami."
Dalam pidato televisi Sabtu malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan militer akan menggunakan semua kekuatannya untuk menghancurkan kemampuan Hamas. "Semua tempat yang digunakan oleh Hamas, kita akan ubah menjadi reruntuhan," tambahnya.
Baca Juga: PM Israel Benjamin Netanyahu Ungkap akan Lakukan Serangan Balasan, Warga Gaza Diminta Melarikan Diri
"Keluar dari sana sekarang," kata Netanyahu kepada penduduk Gaza, yang tidak memiliki cara untuk meninggalkan wilayah yang kecil dan padat itu.
Semalaman, militer Israel mengeluarkan peringatan dalam bahasa Arab kepada masyarakat di dekat perbatasan dengan Israel untuk meninggalkan rumah mereka dan berpindah ke wilayah yang lebih dalam di enklave kecil tersebut.
Kelompok militan Hamas berhasil meloloskan diri dari Gaza yang dikepung dan menyerbu komunitas-komunitas Israel terdekat, menewaskan sedikitnya 250 orang warga sipil dan menculik orang lain dalam serangan mendadak yang belum pernah terjadi sebelumnya selama liburan Yahudi besar pada hari Sabtu.
Israel merespons dengan serangan di Gaza yang menewaskan 232 orang dan menandakan akan ada serangan lebih lanjut. Perdana Menteri Israel mengumumkan negara berada dalam keadaan perang dan berjanji untuk memberikan "harga yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Dalam serangan yang sangat luas, para penembak Hamas melaju ke setidaknya 22 lokasi di luar Jalur Gaza, termasuk kota-kota dan komunitas lainnya yang berjarak hingga 24 kilometer dari perbatasan Gaza.
Di beberapa tempat, mereka menembak warga sipil dan tentara, sementara militer Israel berusaha merespons dengan cepat.
Pertempuran senjata terus berlanjut hingga malam hari, dan para milisi menyandera penduduk di dua kota. Milisi menduduki sebuah kantor polisi di kota ketiga, di mana pasukan Israel berjuang hingga Minggu pagi untuk merebut kembali gedung tersebut.
Baca Juga: Pengakuan Eks Ketua Mossad atas Serangan Hamas ke Israel: Tak Ada Peringatan Apa pun
Juru bicara militer Israel mengatakan hari Minggu pagi, situasi penyanderaan telah teratasi, tetapi tidak mengatakan apakah semua sandera berhasil diselamatkan.
Dua puluh empat jam setelah dimulainya serangan Hamas, militer Israel masih belum menyatakan keadaan sudah sepenuhnya terkendali di wilayah yang diserbu Hamas. Di beberapa kota, mayat warga sipil bergeletakan dengan tubuh penuh lubang peluru di tempat mereka bertemu dengan penyerang Hamas yang merangsek maju.
Sedikitnya sembilan orang warga sipil Israel ditembak mati di halte bus kota Sderot, bergeletakan di trotoar jalan, tas mereka masih berada di trotoar dekatnya. Seorang perempuan, sambil berteriak, memeluk tubuh anggota keluarga yang tergeletak di bawah selimut di samping sepeda motor yang terjatuh.
Serangan udara Israel di Gaza semakin intensif setelah malam hari, meratakan bangunan-bangunan perumahan dalam ledakan besar, termasuk sebuah gedung bertingkat 14 yang berisi puluhan apartemen serta kantor-kantor Hamas di pusat Kota Gaza. Pasukan Israel memberikan peringatan sebelumnya.
Warga Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa menderita blokade perbatasan yang diberlakukan dalam berbagai tingkat oleh Israel dan Mesir sejak kelompok militan Hamas mengambil alih kendali pada tahun 2007.
Di Gaza, sebagian besar penduduk hidup dalam kegelapan setelah malam tiba karena pasokan listrik dari Israel, yang hampir sepenuhnya memasok semua kebutuhan listrik di wilayah tersebut, diputus.
Kantor Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel akan menghentikan pasokan listrik, bahan bakar, dan barang ke Gaza.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.