DHAKA, KOMPAS.TV - Bangladesh hari Kamis (5/10/2023) menerima kiriman uranium pertama dari Rusia untuk memasok energi ke pembangkit listrik tenaga nuklir satu-satunya di negara ini yang masih dalam tahap pembangunan oleh Moskow.
Ya, Bangladesh memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir dan akan beroperasi Juli 2024. Setelah selesai, pembangkit ini diperkirakan akan meningkatkan jaringan listrik nasional Bangladesh dan membantu pertumbuhan ekonomi negara Asia Selatan ini, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press pada hari Kamis (5/10/2023).
PLTN Rooppur akan menghasilkan 2.400 megawatt listrik, yang akan memasok tenaga kepada sekitar 15 juta rumah tangga ketika fasilitas ganda ini beroperasi sepenuhnya.
Pembangkit ini sedang dibangun oleh Rosatom, perusahaan energi nuklir milik negara Rusia. Moskow mendanai pembangunan ini dengan pinjaman sebesar $11,38 miliar yang akan dilunasi selama dua dekade, dimulai dari tahun 2027.
Presiden Rusia Vladimir Putin dari Moskow hari Kamis, (5/10/2023) mengatakan, "Rusia melatih personel berpengetahuan tinggi yang relevan untuk industri nuklir Bangladesh. Lebih dari 80 mahasiswa Bangladesh lulus dari lembaga pendidikan kami dengan gelar di bidang teknik nuklir, dan jumlah mereka pasti akan terus bertambah."
Lebih jauh Putin mengatakan Rusia tidak hanya menciptakan satu pembangkit listrik tenaga nuklir, "tetapi bersama dengan Anda, sahabat-sahabat yang terkasih, kami efektif menciptakan di Bangladesh seluruh industri nuklir, sebuah sektor untuk penggunaan atom secara damai," kata pemimpin Rusia itu.
Putin mencatat pusat pelatihan untuk staf operasional PLTN telah beroperasi di lokasi PLTN sejak tahun lalu. Para spesialis yang dilatih di sana akan mendukung proses kunci di PLTN.
"Lebih dari 1.000 warga Bangladesh telah menjalani pelatihan semacam itu hingga saat ini. Berkat keterampilan profesional berharga yang diperoleh, mereka bisa diminati tidak hanya dalam industri tenaga nuklir tetapi juga dalam banyak cabang industri lainnya dalam ekonomi Bangladesh," kata Putin
Sebagai penutup, pemimpin Rusia mengucapkan terima kasih kepada Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, atas perhatian pribadinya yang besar terhadap kerja sama bilateral dengan Rusia, "baik dalam bidang energi nuklir maupun dalam semua bidang kunci lainnya."
Setelah Rooppur memulai produksinya, Bangladesh akan bergabung dengan lebih dari 30 negara yang mengoperasikan reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir.
Uranium yang tiba di Bangladesh pada akhir bulan lalu diserahkan kepada otoritas dalam sebuah upacara di Ishwardi, tempat pembangkit ini berada, di distrik utara Pabna pada hari Kamis.
Baca Juga: Bangladesh Diamuk Wabah Dengue, 778 Tewas dan 150 Ribu Tertular
Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, turut serta dalam upacara tersebut, keduanya melalui sambungan video.
Putin mengatakan pembangkit ini akan mencakup sekitar 10% konsumsi energi Bangladesh saat diluncurkan. Ia juga menyebut lebih dari 20.000 orang bekerja dalam konstruksinya dan lebih dari 1.000 orang dilatih untuk mengoperasikannya, “Bersama-sama dengan Anda, kami tidak hanya membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, tetapi seluruh industri atom,” kata Putin.
Hasina mengatakan Rusia berjanji untuk mengambil kembali bahan bakar bekas dari Rooppur dan dia juga memastikan kepada rakyatnya pembangkit ini dibangun dengan aman dari kerusakan akibat bencana alam.
Pada hari Kamis, Aleksey Likhachev, kepala Rosatom, menyerahkan bahan bakar tersebut dalam sebuah upacara kepada Menteri Sains dan Teknologi Bangladesh, Yeafesh Osman, sesuai dengan laporan agen berita United News of Bangladesh. Laporan tersebut tidak memberikan detail lain mengenai jumlah uranium yang dikirim.
Rafael Mariano Grossi, kepala Badan Pengawas Nuklir PBB, International Atomic Energy Agency, juga turut serta melalui konferensi video, demikian laporan tersebut.
Osman mengatakan unit pertama di Rooppur akan mulai beroperasi pada Juli 2024 dan unit kedua pada Juli 2025. Bahan bakar ini diperkirakan akan memungkinkan reaktor beroperasi selama satu tahun, setelah itu akan harus dimuat dengan bahan bakar lagi.
Uranium tersebut diproduksi di Pabrik Konsentrasi Kimia Novosibirsk di Rusia, sebuah anak perusahaan dari perusahaan pembuatan bahan bakar Rosatom, Tevel.
Bangladesh dan Rusia selama ini menjaga hubungan baik, yang tidak berubah meskipun Rusia melakukan invasi ke Ukraina tahun lalu.
Dhaka menandatangani beberapa kontrak dengan Moskow dalam kerja sama di bidang industri pembangkit listrik tenaga nuklir, perdagangan, keuangan, dan sektor lainnya.
Bangladesh berencana untuk mengurangi ketergantungannya pada gas alam, yang saat ini menyumbang sekitar setengah dari produksi listrik di negara tersebut.
Mereka juga sedang membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara sambil memiliki rencana jangka panjang untuk memperoleh 40% listrik negara dari sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidroelektrik pada tahun 2041.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.