DERNA, KOMPAS.TV - Penguasa Libya membagi Kota Derna yang disapu banjir menjadi empat bagian untuk menciptakan zona perlindungan dan penyangga mengantisipasi wabah penyakit.
Hal ini diutarakan PM pemerintahan Libya bagian timur pada Selasa (19/9/2023) atau sehari setelah ribuan demonstran marah menuntut rekonstruksi cepat kota tersebut.
Minggu lalu dua bendungan runtuh selama badai Daniel, mengirimkan gelombang air yang menyapu habis Kota Derna. Pejabat pemerintah dan lembaga bantuan memberikan perkiraan jumlah korban tewas berkisar antara sekitar 4.000 hingga 11.000, dengan ribuan lainnya masih hilang, seperti yang dilaporkan Associated Press, Selasa (19/9).
"Sekarang area terdampak sepenuhnya terisolasi, pasukan bersenjata dan pemerintah mulai menciptakan zona perlindungan karena khawatir risiko penyakit atau wabah," kata Perdana Menteri Ossama Hamad dalam wawancara telepon dengan Al-Arabiya TV yang dimiliki oleh Arab Saudi. Tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.
Menurut media lokal, internet mati di bagian timur negara itu pada hari Selasa. PBB pada Senin (18/9) telah memperingatkan wabah penyakit dapat menciptakan "krisis kedua yang akan menghancurkan."
Para demonstran Libya berkumpul di pusat Derna hari tersebut dalam demonstrasi massa pertama sejak banjir. Di luar Masjid al-Shabana kota tersebut, ribuan orang menuntut penyelidikan cepat terhadap bencana, rekonstruksi mendesak kota, dan tuntutan lainnya.
Pada malam harinya, mantan walikota kota tersebut, Abdel-Moneim al-Gaithi, mengatakan rumahnya dibakar oleh para demonstran.
Jaksa penuntut umum membuka penyelidikan pada hari Sabtu terkait runtuhnya dua bendungan yang dibangun pada tahun 1970-an, serta alokasi dana pemeliharaan untuk mereka. Pada hari yang sama, al-Gaithi dipecat sementara selama penyelidikan.
Banyak warga kota melihat para politisi sebagai arsitek dari krisis ini. Negara ini terbagi antara pemerintahan yang saling bersaing sejak tahun 2014.
Baca Juga: PBB Revisi Jumlah Korban Tewas Banjir Libya Jadi 3.958 dari 11.300, Ternyata Ini Sebabnya
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.