KAIRO, KOMPAS.TV - Lebih dari 5 juta orang mengungsi akibat pertempuran berbulan-bulan di Sudan saat bentrokan antara militer negara dan pasukan paramiliter saingannya.
Badan migrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa IOM pada Rabu (5/9/2023) menyebut bahwa konflik tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi IOM, lebih dari 4 juta orang mengungsi secara internal sejak konflik pecah bulan April, sementara 1,1 juta orang mengungsi ke negara-negara tetangga.
Lebih dari 750.000 orang pergi ke Mesir atau Chad, kata IOM seperti laporan Associated Press, Rabu (5/9/2023).
Upaya internasional untuk meredakan konflik selama ini gagal. Setidaknya ada sembilan perjanjian gencatan senjata sejak pecahnya konflik dan semuanya gagal.
Sudan terperosok ke dalam kekacauan hampir lima bulan yang lalu ketika ketegangan yang sudah lama membara antara militer, dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan, dan Pasukan Dukungan Cepat, yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo, berubah menjadi perang terbuka.
Negosiasi damai resmi yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi di kota pantai kerajaan Jeddah di Arab Saudi ditunda pada akhir Juni dengan kedua mediator secara terbuka menuding RSF dan tentara terus melanggar gencatan senjata yang mereka sepakati.
Jenderal Burhan mengadakan pembicaraan di Juba pada Senin (4/9/2023) dengan Presiden Sudan Selatan dalam kunjungannya yang kedua ke luar negeri sejak perang di negaranya dimulai awal tahun ini.
Baca Juga: 9 Tewas dalam Kecelakaan Pesawat di Sudan saat Perang Masuki Hari ke-100
Jenderal Abdel-Fattah Burhan, ketua Dewan Penguasa yang berkuasa, tiba di ibu kota Sudan Selatan, Juba, diterima Presiden Salva Kiir.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.