TEL AVIV, KOMPAS.TV — Pesawat berisi 128 warga Israel yang pulang dari Seychelles mendarat darurat di Arab Saudi karena gangguan listrik sebelum terbang kembali ke Tel Aviv hari Selasa, (29/8/2023).
Di Jeddah, seluruh penumpang itu disambut baik oleh otoritas Arab Saudi. Penyambutan ini diacungi jempol oleh Israel sebagai tanda kebaikan hati, di tengah upaya Washington bekerja untuk menjalin hubungan resmi antara kedua negara tersebut.
Penerbangan Air Seychelles yang membawa 128 penumpang terpaksa mendarat darurat hari Senin, (28/8/2023) karena adanya gangguan listrik. Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan para penumpang yang mendarat darurat itu, akhirnya menghabiskan malam di sebuah hotel bandara di Jeddah dan diterbangkan kembali oleh maskapai dengan pesawat alternatif, sebagaimana laporan dari Associated Press, Rabu, (30/8/2023).
Sebelum mendarat, para penumpang menggambarkan momen yang menakutkan ketika bau hangus yang tajam memenuhi kabin dan pilot mengumumkan melalui interkom bahwa pesawat akan terpaksa melakukan pendaratan darurat di Arab Saudi, sebuah kerajaan yang tidak memiliki hubungan udara atau hubungan diplomatik dengan Israel.
Dengan puluhan orang terjebak di dalam pesawat dan pesawat berada di landasan pacu, ketegangan semakin meningkat, kata para penumpang, sementara pejabat Israel berjuang mencari solusi. Tak lama kemudian, pasukan keamanan Saudi mengawal para warga Israel ke sebuah hotel.
“Situasinya sangat menakutkan," ujar penumpang Mayama Stahl saat ia keluar dari Bandara Internasional Ben Gurion Israel hari Selasa dengan puluhan penumpang lainnya, beberapa dari mereka tampak terkejut dengan kehadiran sejumlah wartawan, fotografer, dan balon pesta yang menyambut mereka. “Tetapi kami disambut dengan sangat baik (oleh pihak Saudi) ... Kami sangat senang mengetahui bahwa kami baik-baik saja dan aman.”
Para penumpang mengatakan kepada Associated Press bahwa pengalaman mereka di Jeddah menyenangkan, dengan beberapa warga Saudi bahkan menyapa mereka dalam bahasa Ibrani.
Data pelacakan dari FlightRadar24.com menunjukkan pesawat Air Seychelles Airbus A320, nomor penerbangan HM22, dialihkan ke Jeddah pada malam hari Senin saat berada di atas Laut Merah. Maskapai tersebut tidak memberikan tanggapan terhadap permintaan komentar.
Sebuah pesawat Air Seychelles A320 lainnya terbang ke Jeddah hari Selasa dari Dubai menjemput para wisatawan dan mengantar mereka ke Tel Aviv. Pada tahun 2022, Arab Saudi menghapus larangan penerbangan Israel selama kunjungan Presiden Joe Biden ke kerajaan tersebut.
Baca Juga: Ingin Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2030, Arab Saudi Minta Dukungan Indonesia
Meskipun Israel dan Arab Saudi tidak punya hubungan resmi, namun mereka mengembangkan hubungan informal yang kuat dalam beberapa tahun terakhir karena keprihatinan bersama terhadap pengaruh Iran yang semakin meningkat di wilayah tersebut.
Setelah Israel dan empat negara Arab menandatangani kesepakatan normalisasi pada tahun 2020 di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, Biden bekerja untuk mencapai kesepakatan serupa dengan Arab Saudi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menjadikan kesepakatan dengan Arab Saudi sebagai tujuan utama, memanfaatkan insiden ini untuk menyoroti potensi perbaikan hubungan.
“Saya sangat menghargai sikap hangat dari otoritas Saudi terhadap para penumpang Israel yang penerbangannya mengalami masalah,” katanya dalam video yang direkam dalam bahasa Ibrani dengan terjemahan bahasa Arab, sambil mengarahkan pandangannya ke peta wilayah di belakangnya. “Saya sangat menghargai tetangga yang baik.”
Atas kejadian itu, belum ada reaksi langsung dari Arab Saudi.
Namun dari sisi geopolitik, kesepakatan normalisasi dengan Arab Saudi, negara Arab yang paling kuat dan kaya, berpotensi mengubah wajah wilayah tersebut dan meningkatkan posisi Israel secara historis.
Baca Juga: Biadab, Tentara Israel Tembak Pria Palestina dari Belakang, padahal Tak Bersenjata
Merundingkan kesepakatan semacam itu adalah hal yang sulit karena kerajaan Arab Saudi telah mengatakan mereka tidak akan secara resmi mengakui Israel sebelum tercapainya penyelesaian konflik Israel-Palestina yang berlangsung selama beberapa dekade. Arab Saudi juga tampaknya sedang mencari jaminan pertahanan dan akses ke teknologi nuklir Amerika.
Mendapatkan konsesi besar dari Israel terkait isu Palestina akan sulit didapatkan pemerintahan Israel saat ini, yang terdiri dari kaum ultranasionalis yang menentang kemerdekaan Palestina dan mendukung perluasan permukiman Yahudi di tanah pendudukan yang dicita-citakan Palestina menjadi Palestina merdeka.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.