Zelenskyy menyampaikan belasungkawa kepada keluarga pilot dan menambahkan, “Ukraina tidak akan pernah melupakan siapa pun yang membela kebebasan langit Ukraina.”
Sementara dari video yang dibagikan Radio Svoboda, terlihat sisa-sisa pesawat dari tabrakan tersebut yang menghitam dan hancur.
Dalam video tersebut, seorang pria mengaku mendengar ledakan di udara di atas gedung sekolah dan kemudian dua pesawat jatuh dalam balutan asap dan api.
Baca Juga: Ukraina Pakai Helikopter Tempur Era Soviet Lawan Jet Rusia
Sedangkan menurut salah seorang warga perempuan, ia melihat dua pesawat terbang dengan jarak jauh satu sama lain, lalu semakin mendekat satu sama lain sebelum kecelakaan terjadi.
Analis militer dan mantan pilot Roman Svitan, dalam sebuah wawancara yang diunggah oleh media online Espreso TV, mengatakan kecelakaan itu “kemungkinan besar” terkait dengan formasi terbang.
Ia mengatakan, jarak standar latihan terbang adalah 50-70 meter, namun terkadang pesawat terbang nyaris bertumpukan pada jarak hanya 3-4 meter.
Svitan mengatakan pesawat L-39 yang digunakan dalam latihan tempur itu merupakan pesawat tempur, pesawat serang, pengebom, dan pesawat latih.
Namun dalam formasi terbang, terutama di ketinggian rendah, tidak ada waktu yang cukup bagi pilot untuk mengaktifkan kursi pelontar.
Kantor Jaksa Agung Ukraina mengumumkan penyelidikan kriminal telah dibuka untuk mengetahui apakah ada aturan persiapan penerbangan yang dilanggar.
“Masih terlalu dini untuk membahas detailnya. Tentu saja, semua keadaan akan diklarifikasi,” ucap Zelenskiy.
L-39 – juga dikenal sebagai Albatross meskipun tidak pernah diberi nama resmi NATO – adalah pesawat latih dan pesawat tempur ringan bermesin tunggal buatan Ceko yang disebut-sebut sebagai pesawat yang paling banyak digunakan dari jenisnya di dunia.
Baca Juga: Diizinkan AS, Ukraina bakal Dapat Jet Tempur F-16 dari Belanda dan Denmark
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.