Kompas TV internasional kompas dunia

Tentara Pemberontak Menyatakan Kudeta, Presiden Niger Bersumpah Demokrasi akan Menang

Kompas.tv - 28 Juli 2023, 02:05 WIB
tentara-pemberontak-menyatakan-kudeta-presiden-niger-bersumpah-demokrasi-akan-menang
Presiden Niger Mohamed Bazoum dengan tegas menyatakan demokrasi akan menang, sehari setelah tentara pemberontak menahannya dan mengumumkan mereka merebut kekuasaan dalam kudeta atas situasi keamanan yang memburuk di negara di Afrika Barat. (Sumber: Jenue Afrique)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

Wagner menyatakan minatnya terhadap Niger, terutama karena negara ini merupakan produsen uranium yang banyak dicari oleh Rusia. Namun, Bazoum menjadi hambatan karena sikap pro-Prancis dan pro-Baratnya, kata Baumgartner.

Bos Wagner Yevgeny Prigozhin, juga ikut angkat bicara pada hari Kamis, menggambarkan peristiwa ini sebagai bagian dari perjuangan Niger melawan "penjajah."

"Secara efektif, ini berarti meraih kemerdekaan. Sisanya akan bergantung pada rakyat Niger, seberapa efisien mereka dapat mengurus negerinya," kata Prigozhin, yang memimpin pemberontakan singkat melawan Kremlin bulan lalu, dalam sebuah pernyataan.

Menggarisbawahi pentingnya Niger bagi Barat, Blinken hari Kamis mengatakan dia telah berbicara dengan presiden dan "menegaskan bahwa kami dengan tegas mendukungnya sebagai presiden yang terpilih secara demokratis."

Blinken, yang berada di Selandia Baru, mengulangi kecaman AS terhadap pemberontakan ini dan mengatakan bahwa timnya berada dalam kontak erat dengan pejabat-pejabat di Prancis dan Afrika.

Pada hari Rabu pagi, anggota garda kepresidenan mengepung rumah Bazoum dan menahannya.

Para tentara pemberontak, yang menyebut diri mereka sebagai Dewan Nasional Penjagaan Negara, tampil di televisi negara dan mengumumkan bahwa mereka telah menguasai kendali negara karena situasi keamanan yang memburuk dan buruknya tata kelola ekonomi dan sosial di negara ini yang berpenduduk 25 juta orang.

Baca Juga: Perahu Pengangkut Rombongan Nikahan di Nigeria Tabrak Kayu Gelondongan, 103 Tewas

Menlu AS Anthony Blinken dan Presiden Niger Mohamed Bazoum Maret 2023. Presiden Niger Mohamed Bazoum dengan tegas menyatakan demokrasi akan menang, sehari setelah tentara pemberontak menahannya dan mengumumkan mereka merebut kekuasaan dalam kudeta atas situasi keamanan yang memburuk di negara di Afrika Barat. (Sumber: The Associated Press)

Mereka mengatakan telah membubarkan konstitusi, menangguhkan semua institusi, dan menutup semua perbatasan. Kudeta ini diduga dipicu karena Bazoum diduga berencana memberhentikan kepala garda kepresidenan, Jenderal Omar Tchiani, kata para analis Niger.

Para ahli militer mengatakan beberapa orang yang tampil di televisi negara adalah perwira tinggi, termasuk Jenderal Moussa Salaou Barmou, kepala pasukan khusus Niger yang memiliki hubungan kuat dengan Amerika Serikat.

Seseorang yang dekat dengan presiden, yang berbicara dengan syarat anonim karena tidak diizinkan untuk membicarakan situasi ini, mengatakan presiden tidak akan mengundurkan diri dan berada dalam keadaan aman di tempat tinggalnya.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, beberapa partai politik juga menyatakan dukungan mereka terhadap Bazoum, menyebut kudeta ini sebagai "kegilaan bunuh diri dan antirepublik."

Mereka menyatakan, "Negara yang menghadapi ketidakamanan, terorisme, dan tantangan pembangunan, tidak bisa membiarkan diri teralihkan." Pada hari itu juga, para pendukung Bazoum juga turun ke jalan dalam bentuk protes.

Komunitas internasional dengan tegas mengutuk upaya kudeta di Niger, negara yang telah mengalami beberapa kudeta sejak merdeka pada tahun 1960.

Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna men-tweet, bahwa Prancis mengkhawatirkan peristiwa di Niger dan memantau situasi dengan seksama. "Prancis dengan tegas mengutuk setiap upaya pengambilalihan kekuasaan secara paksa," kata menteri tersebut.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Türk, menuntut pembebasan Bazoum dan mengatakan, "Semua upaya harus dilakukan untuk mengembalikan ketertiban konstitusional dan supremasi hukum."

Rusia juga meminta pembebasan presiden dan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova, mengatakan bahwa negaranya ingin melihat "penyelesaian cepat krisis politik internal ini."

 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x