Rusia menolak memperbaharui kesepakatan tersebut pekan lalu, dengan alasan ekspor gandumnya yang terhambat.
Janji ekspor pangan Rusia ke Afrika menjadi kunci tujuan Putin untuk memperkuat hubungan dengan benua yang memiliki populasi 1,3 miliar orang dan semakin aktif di panggung global.
Kelompok-kelompok bangsa di Afrika yang berjumlah 54 negara merupakan kelompok pemilih terbesar di PBB dan telah lebih terpecah dibandingkan dengan wilayah lainnya dalam resolusi Majelis Umum yang mengkritik tindakan Rusia di Ukraina.
Acara Rusia-Afrika ini dilaksanakan setelah otoritas Afrika Selatan mengumumkan pekan lalu bahwa Putin telah setuju untuk tidak menghadiri KTT ekonomi di Johannesburg bulan depan karena perjalanan tersebut dapat menyebabkan penangkapannya berdasarkan surat perintah pengadilan kriminal internasional terkait tuduhan kejahatan perang di Ukraina.
Baca Juga: Pemimpin Negara Afrika Mulai Berdatangan di Moskow untuk Hadiri KTT Rusia - Afrika
Pada hari Kamis, Putin juga mengumumkan langkah-langkah lain untuk memperdalam hubungan dengan Afrika, termasuk peningkatan jumlah mahasiswa Afrika di universitas-universitas Rusia, pembukaan kantor berita media negara Rusia di banyak negara Afrika, dan usulan "ruang informasi bersama di Rusia dan Afrika, di mana informasi objektif dan tidak bias tentang peristiwa-peristiwa dunia akan disiarkan untuk penonton Rusia dan Afrika."
Penasihat urusan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, mengatakan bahwa meskipun hanya 17 kepala negara yang menghadiri KTT ini, 32 negara Afrika lainnya diwakili oleh pejabat senior atau duta besar.
Kremlin menyatakan bahwa tekanan dari Barat yang kasar untuk menghalangi negara-negara Afrika agar tidak ikut serta telah menyebabkan jumlah pemimpin yang hadir menyusut; pada tahun 2019, 43 kepala negara menghadiri KTT tersebut.
Selain masalah gandum, isu lain yang kemungkinan dibahas adalah nasib kelompok militer bayaran Wagner yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin setelah pemberontakan singkat mereka terhadap kepemimpinan militer tertinggi bulan lalu.
Masa depan kontraktor swasta ini menjadi isu mendesak bagi negara-negara seperti Sudan, Mali, dan lainnya yang berkontrak dengan Wagner sebagai imbalan atas sumber daya alam seperti emas.
Pejabat Rusia dan Prigozhin telah mengatakan bahwa perusahaan tersebut akan terus bekerja di Afrika. Rencana perdamaian untuk Ukraina yang telah dicoba dikejar oleh para pemimpin Afrika juga akan didiskusikan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.