Sebagai tanggapan, kedua sekutu tersebut meningkatkan latihan militer bersama dan sepakat untuk menambah jumlah pengerahan aset strategis AS, seperti pembom jarak jauh, kapal induk, dan kapal selam, di kawasan tersebut.
Kunjungan periodik oleh kapal selam nuklir AS yang dapat membawa rudal balistik ke Korea Selatan adalah salah satu dari beberapa kesepakatan yang dicapai oleh Presiden Joe Biden dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada bulan April sebagai tanggapan atas ancaman nuklir yang semakin meningkat dari Korea Utara.
Mereka juga sepakat untuk memperluas latihan militer gabungan, memperkuat perencanaan bersama untuk kemungkinan nuklir, dan mendirikan Kelompok Konsultasi Nuklir bilateral, yang mengadakan pertemuan perdananya di Seoul pada hari Selasa.
Langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kekhawatiran Korea Selatan tentang gencarnya persenjataan nuklir Korea Utara dan menekan suara-suara yang mendesak Korea Selatan untuk mengembangkan program senjata nuklirnya sendiri.
Pasukan AS Korea mengatakan dalam sebuah pernyataan kedatangan USS Kentucky di Busan mencerminkan "komitmen kokoh" Amerika Serikat terhadap "penangkalan yang diperluas," mengacu pada jaminan untuk mempertahankan sekutunya dengan seluruh kemampuan militer, termasuk nuklir.
Kapal selam kelas Ohio ini dapat dilengkapi dengan sekitar 20 rudal balistik Trident II dengan jangkauan 12.000 kilometer (7.456 mil), menurut militer Korea Selatan.
Baca Juga: Bertambah Lagi Elit Korea Utara Membelot ke Korea Selatan, Bukti Nyata Kim Jong-Un dalam Bahaya?
"Menggunakan kapal selam ini, AS dapat melancarkan serangan (terhadap Korea Utara) dari mana saja di dunia," kata Moon Keun-sik, ahli kapal selam yang mengajar di Universitas Kyonggi, Korea Selatan.
"Tetapi kemungkinan akan ada reaksi balik dari Korea Utara dan China karena ini seperti pasukan senjata nuklir yang paling rahasia dan mengancam ditempatkan di dekat pintu mereka."
Meskipun beberapa konservatif Korea Selatan menyatakan kekecewaan karena pertemuan antara Biden dan Yoon pada April tidak mencapai kesepakatan untuk menempatkan senjata nuklir atau aset strategis AS di Korea Selatan, meletakkan senjata nuklir di lepas pantai dan di kapal selam sebenarnya "lebih efektif sebagai penangkal dalam banyak hal," kata Duyeon Kim, analis senior di Center for a New American Security di Washington.
"Penangkalan menjadi lebih kuat ketika lokasi aset strategis Amerika tidak diketahui oleh lawan, asalkan lawan tahu senjata-senjata ini ada," tambah Kim.
Meskipun demikian, Seoul dan Washington harus menemukan "titik kesepakatan" terkait keterlihatan penangkal yang diberikan oleh Amerika.
"Terlalu terlihatnya aset strategis bisa melemahkan efek penangkal, sementara terlalu tidak terlihat bisa menimbulkan pertanyaan di Seoul tentang komitmen AS," kata Kim.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.