SEOUL, KOMPAS.TV - Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut pada hari Rabu (19/7/2023). Aksi ini dinilai sebagai tindakan pembangkangan, seiring dengan pendaratan kapal selam bertenaga nuklir Amerika Serikat di Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Peluncuran tersebut terjadi ketika AS dan Komando PBB yang dipimpin oleh AS berusaha menyelesaikan situasi yang sangat tidak biasa yang melibatkan seorang prajurit AS yang masuk ke wilayah Korea Utara saat mengunjungi sebuah desa perbatasan pada hari Selasa sore, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Kamis (20/7/2023).
Kastaf Gabungan Korea Selatan menyatakan dari Pukul 03.30 hingga 03.46 pagi, Korea Utara meluncurkan dua rudal dari dekat Pyongyang yang terbang sejauh 550 kilometer sebelum mendarat di perairan timur Semenanjung Korea.
Militer Jepang mengatakan rudal-rudal tersebut mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang dan tidak ada laporan kerusakan pada kapal atau pesawat.
Jarak terbang kedua rudal tersebut sekitar sama dengan jarak antara Pyongyang dan kota pelabuhan Korea Selatan, Busan, di mana USS Kentucky tiba pada hari Selasa sore dalam kunjungan pertama kapal selam bertenaga nuklir AS ke Korea Selatan sejak tahun 1980-an.
Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan kepada wartawan, rudal-rudal tersebut terbang dengan lintasan rendah, mencapai ketinggian sekitar 50 kilometer (31 mil), dan mungkin melakukan manuver tidak teratur dalam penerbangan.
Baca Juga: Prajurit AS yang Kabur ke Korea Utara saat Berwisata Baru Saja Menghadapi Tindakan Displin Militer
Bahasa seperti itu pernah digunakan sebelumnya untuk mendeskripsikan senjata Korea Utara yang berbentuk mirip dengan rudal Iskander Rusia, yang dirancang untuk dapat bermanuver dalam penerbangan guna meningkatkan kemungkinan menghindari sistem pertahanan rudal.
Staf Gabungan Korea Selatan mengutuk peluncuran Korea Utara sebagai "provokasi besar" yang mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut, dan mengatakan militer Korea Selatan dan AS sedang memantau Korea Utara dengan cermat untuk kegiatan senjata lebih lanjut.
Peluncuran pada hari Rabu merupakan aktivitas balistik pertama Korea Utara sejak tanggal 12 Juli, ketika negara tersebut menguji rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat yang menunjukkan potensi jangkauan untuk mencapai bagian dalam daratan AS.
Peluncuran itu diawasi oleh pemimpin negara, Kim Jong Un, yang bersumpah untuk memperkuat kemampuan nuklir negaranya menghadapi aktivitas militer gabungan AS-Korea Selatan yang semakin meningkat, yang menurutnya memperburuk lingkungan keamanan di Semenanjung Korea.
Ketegangan di kawasan ini meningkat dalam beberapa bulan terakhir seiring meningkatnya laju uji coba senjata Korea Utara dan latihan militer bersama AS-Korea Selatan dalam siklus aksi balas dendam.
Sejak awal tahun 2022, Korea Utara melakukan sekitar 100 uji coba rudal sambil berusaha menunjukkan kemampuan ganda untuk melakukan serangan nuklir baik di Korea Selatan maupun di wilayah daratan Amerika Serikat.
Baca Juga: AS Kirim Kapal Selam Bersenjata Nuklir ke Korea Selatan, Unjuk Kekuatan ke Korea Utara
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.