BRUSSEL, KOMPAS.TV - Seorang pejabat NATO mengatakan organisasi pertahanan Atlantik Utara itu sedang mempersiapkan perombakan terbesar perencanaan militer sejak Perang Dingin untuk mengantisipasi jika Moskow berani memperluas konflik.
"Memang mereka tidak setinggi 11 kaki, tetapi mereka juga tidak sependek 2 kaki," kata Ketua Komite Militer NATO, Laksamana Rob Bauer, kepada wartawan seperti laporan Associated Press, Senin (3/7/2023).
"Jadi, kita tidak boleh meremehkan Rusia dan kemampuan mereka untuk bangkit kembali."
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan rekan-rekannya di NATO dijadwalkan untuk menyetujui perombakan besar-besaran sistem perencanaan aliansi dalam pertemuan puncak di ibu kota Lithuania, Vilnius, pekan depan.
Sebagai organisasi, NATO tidak menyediakan senjata atau amunisi ke Ukraina. NATO berusaha menghindari terlibat dalam perang yang lebih luas dengan Rusia yang memiliki senjata nuklir. Namun demikian, NATO sedang memperkuat keamanan negara-negara anggotanya di dekat Rusia, Ukraina, dan Belarus.
Sekitar 40.000 tentara siap berjaga dari Estonia di utara hingga Rumania di Laut Hitam. Sekitar 100 pesawat NATO terbang setiap hari di wilayah tersebut, dan total 27 kapal perang beroperasi di Laut Baltik dan Laut Tengah. Angka-angka tersebut akan meningkat.
Dalam rencana baru mereka, NATO bertujuan memiliki hingga 300.000 tentara yang siap bergerak ke perbatasan timur dalam waktu 30 hari.
Rencana ini membagi wilayahnya menjadi tiga zona - wilayah utara Eropa dan wilayah Atlantik, zona di utara Alpen, dan zona lainnya di Eropa selatan.
Baca Juga: Rusia Blak-blakan Mengaku Terancam dengan Potensi Bergabungnya Ukraina ke NATO
Bauer mengatakan perencanaan baru NATO didasarkan pada kekuatan tentara Rusia sebelum Presiden Vladimir Putin meluncurkan perang di Ukraina hampir 17 bulan yang lalu. Dia mengatakan perang tersebut melemahkan tentara Rusia, tetapi bukan angkatan laut atau angkatan udaranya.
Dari pasukan darat Rusia, sekitar "94 persen sekarang terlibat dalam perang di Ukraina," kata Bauer.
"Secara umum, apa yang kita lihat adalah Rusia berhati-hati terhadap NATO. Mereka tidak mencari konflik dengan NATO. Saya pikir itu adalah tanda bahwa mereka sedang sangat sibuk," katanya. "Di darat, saya tidak berpikir mereka punya banyak kekuatan yang tersedia untuk melakukan sesuatu kepada orang lain."
"Tapi kami yakin Rusia akan membangun kembali (militernya)," katanya. "Kami akan terus memandang mereka sebagai ancaman serius, terutama di bidang maritim dan udara, dan di ruang angkasa, mereka masih sangat mampu, belum lagi tentu saja di bidang nuklir."
Pemberontakan oleh tentara bayaran Wagner di Rusia bulan lalu menimbulkan kekhawatiran keamanan yang mendalam di Estonia, Latvia, Lituania, dan Polandia setelah kesepakatan dicapai untuk pemimpin mereka, Yevgeny Prigozhin, yang diperbolehkan mencari suaka di Belarus.
Presiden Lituania Gitanas Nauseda mengatakan negara-negara tetangga akan menghadapi bahaya yang meningkat jika Grup Wagner mengerahkan "pembunuh berantai" mereka tepat di seberang perbatasan.
Vilnius terletak sekitar 35 kilometer dari perbatasan Belarus.
Baca Juga: Tanggapi Pemberontakan Wagner, Menhan Shoigu: Gagal karena Kesetiaan Tentara Rusia
Lituania ingin memiliki kehadiran NATO yang permanen di wilayahnya. Jerman mengisyaratkan minggu lalu bahwa mereka akan bersedia menempatkan tentara di sana jika diminta. Namun, NATO saat ini tidak melihat ancaman langsung dari Belarus.
"Kami yakin kami tahu apa yang sedang terjadi, dan saat ini kami tidak melihat perubahan. Tapi itu tidak mengalihkan perhatian kami dari apa yang harus kami lakukan setiap hari," kata Mayor Jenderal Matthew Van Wagenen kepada wartawan. "Jika kami perlu mengubah posisi, kami bisa melakukannya dengan cepat."
Sebanyak 31 negara anggota NATO mengadakan "konferensi pembangunan kekuatan pasukan" minggu lalu dalam upaya untuk memahami berapa banyak tentara dan peralatan yang dapat dimobilisasi NATO untuk merespons serangan Rusia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Kedua perwira tersebut optimis tentang hasilnya, meskipun mereka menolak memberikan rincian karena alasan keamanan. Namun, para ahli dan beberapa diplomat NATO meragukan kesiapan negara-negara anggota untuk menyiapkan total 300.000 tentara.
"Saya akan mengklasifikasikannya sebagai sangat sukses," kata Van Wagenen. "Saya bisa menjamin Anda, kami berada dalam posisi yang sekarang kami tahu apa yang hilang dan bagaimana kami perlu mengembangkannya di masa depan."
Dalam hal kemampuan NATO untuk melaksanakan rencana tersebut jika diperlukan di masa depan, Bauer menyambut baik komitmen yang diharapkan di Vilnius oleh Biden dan rekan-rekannya untuk meningkatkan belanja pertahanan, yang akan membantu memberikan peralatan yang diperlukan kepada para jenderal di lapangan.
Tahun 2014, NATO berkomitmen menuju anggaran militer 2% dari PDB tahun 2024. Dalam pertemuan puncak tanggal 11-12 Juli, para pemimpin akan menetapkan angka 2% sebagai batas belanja, bukan sebagai target yang harus dicapai.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.