PARIS, KOMPAS.TV - Keluarga remaja 17 tahun yang tewas ditembak di Paris, Prancis, akhirnya buka suara terkait aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan yang terjadi di seluruh Prancis.
Salah seorang keluarga Nahel M mengungkapkan pihak keluarga tak menginginkan kematiannya memicu kerusuhan dan mengecamnya.
Tetapi ia juga bersikeras bahwa hukum yang memperbolehkan penggunaan kekerasan yang bisa menciptakan kematian pada pelanggaran lalu lintas harus dihentikan.
“Kami tak pernah menyerukan untuk kebencian atau kerusuhan,” katanya dikutip BBC, Minggu (2/7/2023) tanpa menyebutkan nama.
Baca Juga: Israel Gempur Suriah dari Udara, Sebut sebagai Serangan Balasan
Keluarga mengatakan kerusuhan yang terjadi, dengan ratusan penangkapan, penjarahan toko dan ratusan kendaraan yang dibakar, tidak menghormati memori Nahel.
“Kami tak meminta untuk menyerbu dan mencuri. Semua ini bukan penghormatan untuk Nahel,” katanya, yang meminta anonimitas karena tensi yang begitu tinggi atas penembakan tersebut.
Pihak keluarga mengungkapkan mereka memang meminta adanya aksi protes damai di jalan.
Berjalan mengingat Nahel, bahkan mengungkapkan kemarahan, tetapi tanpa adanya kerusuhan.
Pihak keluarga juga mengatakan otoritas Prancis harus mengubah hukum yang memperbolehkan polisi menembak saat pelanggaran lalu lintas.
Mereka menyerukan agar ada latihan yang lebih baik bagi polisi Prancis, regulasi senjata bagi polisi, dan meninjau undang-undang yang mengizinkan polisi menggunakan kekuatan mematikan jika seorang pemuda menolak berhenti dalam pemberhentian lalu lintas.
KUHP Prancis telah diubah pada 2017 dengan mengizinkan penggunaan senjata api setelah polisi mengatakan mereka menghabisi peningkatan level kekerasan.
Para pengkritik kebijakan berargumen meningkatnya penembakan terkait pelanggaran lalu lintas merupakan hasil langsung dari perubahan itu.
Menurut mereka kebijakan tersebut terlalu kabur karena membuat petugas harus menentukan apakah penolakan pengemudi untuk patuh menimbulkan risiko.
Pada tahun ini, tiga orang telah terbunuh saat polisi melakukan penghentian pelanggaran lalu lintas.
Baca Juga: Nenek dari Remaja yang Ditembak Mati di Prancis Memohon Agar Kerusuhan Dihentikan
Sedangkan tahun lalu jumlah tersebut mencapai 13 orang yang terbunuh.
Kebanyakan korban yang terbunuh merupakan kulit hitam atau memiliki darah Arab.
Nahel, 17 tahun yang merupakan keturunan Aljazair terbunuh setelah ditembak polisi atas pelanggaran lalu lintas di Nanterre, Paris, Selasa (26/6/2023).
Polisi yang melakukannya saat ini telah ditahan, namun hal itu menimbulkan kerusuhan besar di seluruh Prancis.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.