Pilihan dasar untuk abu dua orang di Shan Sum dijual seharga 58.000 Dollar AS, sementara paket kelas atas, yang ditujukan untuk satu keluarga, biayanya hampir 3 juta Dollar AS. Pendapatan rumah tangga bulanan rata-rata di Hong Kong saat ini sekitar 3.800 Dollar AS, menurut data pemerintah.
Tempat-tempat seperti Shan Sum dibuat sebagai tanggapan atas kekurangan ruangan guci abu orang mati di Hong Kong satu dekade yang lalu.
Pada saat itu, sisa-sisa yang dikremasi sering disimpan di laci-laci di rumah duka selama bertahun-tahun sambil menunggu tempat kosong, atau ditempatkan di kolumbarium ilegal di kuil-kuil atau gedung pabrik yang direnovasi.
Seorang sejarawan bernama Chau Chi-fung, yang menulis sebuah buku tentang praktik pemakaman di Hong Kong, mengatakan benih krisis ini ditanam beberapa dekade sebelumnya oleh pemerintahan kolonial Inggris, sebelum kota ini diserahkan kepada China tahun 1997.
"Pada saat itu, undang-undang sangat ketat tentang cara memperlakukan jenazah, tetapi begitu jenazah berubah menjadi abu, pemerintah tidak punya kebijakan yang komprehensif untuk mengatasi hal tersebut," katanya.
Populasi etnis Tionghoa di Hong Kong secara historis lebih memilih pemakaman, tetapi pemerintah mempopulerkan kremasi pada tahun 1960-an, perubahan yang terjadi di pusat-pusat perkotaan padat di seluruh Asia.
Sekarang sekitar 95 persen orang mati di Hong Kong dikremasi setiap tahun, yang menurut Chau disebabkan oleh perubahan adat istiadat sosial.
Pemerintah memperkirakan jumlah kematian akan meningkat sebesar 14 persen menjadi 61.100 per tahun tahun 2031.
Pejabat pemerintah mengatakan kota ini sudah siap menghadapi peningkatan tersebut, dengan tingkat kekosongan sekitar 25 persen di antara 425.000 tempat kolumbarium publik yang ada saat ini, dan pasokan publik dan swasta sedang dalam persiapan.
Baca Juga: Jam Tangan Kaisar Terakhir China Terjual dalam Lelang seharga Rp76 Miliar di Hong Kong
"Kondisinya membaik dibandingkan beberapa tahun yang lalu... Masalahnya sudah sedikit teratasi, tetapi belum terselesaikan," kata Chau.
Wing Wong, 43, tahun lalu menguburkan ayahnya di Kolumbarium Tsang Tsui, kompleks seluas 4.800 meter persegi di sudut barat laut Hong Kong yang mulai beroperasi tahun 2021.
Dia mengatakan pengalamannya sangat berbeda dengan kisah horor yang pernah diberitakan beberapa tahun lalu, "Kehilangan orang yang kita cintai sudah cukup menyakitkan. Ini akan menjadi siksaan bagi keluarga jika mereka tidak dapat menemukan tempat untuk abunya, tanpa tahu berapa lama mereka harus menunggu," katanya.
Wong mengatakan keluarganya memilih lokasi yang dijalankan oleh pemerintah karena feng shui yang baik, dan harga yang terjangkau, yang berarti mereka tidak punya insentif untuk mempertimbangkan opsi swasta.
"Ayah saya pernah mengatakan ia ingin melihat pemandangan laut... Tempatnya (ruangan) menghadap ke laut, dan kami merasa itu adalah apa yang ia inginkan."
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.