"Dalam situasi internasional yang kompleks dan sulit, penting untuk ... berkomunikasi secara tepat waktu, memastikan hubungan yang stabil dan jangka panjang antara kedua negara dan menjaga kepentingan bersama kedua belah pihak," kata Ma.
Meskipun singkat, para analis Barat mengatakan pemberontakan Grup Wagner mengekspos lebih lanjut kelemahan Putin, yang citranya tercoreng parah oleh perang di Ukraina, yang telah berlangsung selama 16 bulan dan menelan banyak korban jiwa tentara Rusia.
Majunya pasukan Wagner menuju ibu kota yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin dan kesepakatan larut malam yang akhirnya menghentikannya, menurut media barat secara serius merusak reputasi Putin sebagai pemimpin yang siap untuk dengan tegas menghukum siapa pun yang menantang otoritasnya. Hal itu dapat membuka pintu bagi orang lain yang tidak puas dengan cengkeraman Putin selama dua dekade, terutama setelah serangan Ukraina yang dipandang gagal oleh media Barat.
Dalam kesepakatan tersebut, Prigozhin akan pergi ke pengasingan di Belarus tetapi tidak akan menghadapi penuntutan dan pasukannya pun demikian.
Baca Juga: Batal Kudeta Putin, Pasukan Wagner Akhirnya Bakal Dikontrak Resmi Rusia
Dalam serangan cepat mereka, pasukan Prigozhin hari Sabtu menduduki dua pangkalan militer di selatan Rusia dan maju hingga jarak 200 kilometer dari Moskow sebelum mundur.
Rostov tampak tenang pada pagi hari Minggu, hanya terlihat bekas jejak tank di jalan sebagai pengingat para pejuang Wagner.
"Semuanya berakhir dengan sangat baik, syukurlah. Dengan korban minimal, saya rasa. Kerja yang bagus," kata salah satu penduduk, yang hanya setuju memberikan nama depannya, Sergei.
Ia mengatakan para tentara Wagner dulunya adalah pahlawan baginya, tetapi tidak lagi sekarang. "Ini seharusnya tidak terjadi, tetapi bagaimana akhirnya, terima kasih saya untuk itu!"
Prigozhin menuntut penggulingan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, yang lama dikritik keras oleh Prigozhin terutama soal bagaimana Shoigu mengelola perang di Ukraina.
Amerika Serikat mengeklaim punya intelijen bahwa Prigozhin membangun kekuatan pasukannya di dekat perbatasan Rusia dalam waktu yang lama.
Hal ini berkonflik dengan klaim Prigozhin bahwa pemberontakannya adalah respons terhadap serangan terhadap kamp lapangan miliknya di Ukraina pada Jumat oleh militer Rusia yang, katanya, menewaskan sejumlah besar orang dari pasukannya. Kementerian Pertahanan membantah menyerang kamp-kamp tersebut.
Motivasi yang mungkin untuk pemberontakan Prigozhin adalah permintaan Kementerian Pertahanan, yang didukung oleh Putin, agar perusahaan swasta menandatangani kontrak dengan mereka sebelum 1 Juli. Prigozhin menolak melakukannya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.