Joe Walusimbi, pejabat yang mewakili Presiden Uganda di Kasese, mengatakan kepada AP melalui telepon bahwa beberapa korban "terbakar sampai tak dikenal."
Winnie Kiiza, seorang pemimpin politik berpengaruh dan mantan anggota parlemen dari wilayah tersebut, mengutuk "serangan mengerikan" itu di Twitter.
Dia mengatakan "serangan terhadap sekolah tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak anak," menambahkan sekolah harus selalu "menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa."
ADF dituduh melancarkan banyak serangan dalam beberapa tahun terakhir yang menargetkan warga sipil di bagian terpencil Kongo timur. Kelompok itu jarang mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut.
Baca Juga: Bangun Masjid Indonesia di Uganda, Ivan Gunawan: Pakai Hasil Keringat Saya Sendiri
ADF lama menentang pemerintahan Presiden Uganda Yoweri Museveni, sekutu keamanan Amerika Serikat yang berkuasa di negara Afrika Timur ini sejak tahun 1986.
Kelompok tersebut didirikan awal tahun 1990-an oleh sejumlah Muslim Uganda yang mengatakan mereka telah dikesampingkan oleh kebijakan Museveni.
Pada saat itu, para pemberontak melakukan serangan mematikan di desa-desa Uganda dan juga di ibu kota, termasuk serangan tahun 1998 di mana 80 siswa dibantai di sebuah kota yang tidak jauh dari tempat serangan terbaru ini.
Serangan militer Uganda kemudian memaksa ADF ke Kongo timur, di mana banyak kelompok pemberontak dapat beroperasi karena pemerintah pusat Kongo punya kendali yang terbatas di sana.
Kelompok tersebut sejak itu menjalin hubungan dengan kelompok ISIS. Pada bulan Maret, setidaknya 19 orang tewas di Kongo oleh ekstremis ADF.
Otoritas Uganda selama bertahun-tahun bersumpah untuk memburu ADF bahkan di luar wilayah Uganda. Pada tahun 2021, Uganda melancarkan serangan udara dan artileri bersama di Kongo terhadap kelompok tersebut.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.