Makhluk-makhluk ini memiliki beberapa ciri yang mirip dengan manusia modern, seperti kaki yang dibentuk untuk berjalan tegak dan tangan yang dapat bekerja dengan benda-benda, kata ahli antropologi John Hawks dari University of Wisconsin-Madison, anggota tim penelitian. Namun, fitur lainnya terlihat lebih kuno, termasuk otak kecil mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, anggota tim kembali menjelajahi gua-gua tersebut, dengan turun ke dalam ruang bawah tanah yang sempit. Apa yang ada di sana menunjukkan spesies ini dalam cahaya yang baru, demikian mereka laporkan.
Salah satu studi baru menggambarkan apa yang para peneliti katakan sebagai situs pemakaman yang dibuat dengan sengaja oleh Homo naledi. Tim peneliti menemukan sisa-sisa fosil orang dewasa dan anak-anak di lubang-lubang dangkal di tanah, dengan tubuh mereka dalam posisi janin.
Studi lainnya menggambarkan serangkaian tanda yang diukir pada dinding gua, termasuk pola geometri dan garis-garis berbentuk petak-petak.
Baca Juga: Temuan Studi: Lebih dari Separuh Danau dan Waduk Terbesar di Dunia Mulai Mengering, Jadi Pertanda...
"Ini adalah sesuatu yang membutuhkan waktu dan usaha yang banyak untuk dilakukan," kata Berger, yang memimpin penelitian awal tersebut ketika ia berada di University of the Witwatersrand di Johannesburg.
Semua perilaku ini akan mengejutkan untuk makhluk yang otaknya lebih dekat ukurannya dengan kera daripada manusia, kata para ahli.
Beberapa dekade yang lalu, kita berpikir hanya Homo sapiens yang bisa menciptakan cara menggunakan api, menguburkan jenazah, atau menciptakan seni, kata Chris Stringer, ahli evolusi manusia dari Natural History Museum di London yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Sejak itu, kita belajar bahwa kelompok lain seperti Neanderthal juga menjalani kehidupan yang kompleks. Namun, spesies-spesies tersebut masih memiliki otak besar, berbeda dengan Homo naledi, yang ritual pemakamannya akan menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang evolusi manusia, kata Stringer.
Para ilmuwan belum bisa mengidentifikasi seberapa tua ukiran-ukiran tersebut. Oleh karena itu, Potts mengatakan bukti yang ada saat ini belum dapat dengan pasti menyatakan apakah Homo naledi benar-benar yang membuat simbol-simbol tersebut, atau jika ada makhluk lain, mungkin bahkan H. sapiens, yang pernah turun ke sana.
Menurut penulis studi, Agustin Fuentes, seorang ahli antropologi dari Princeton University, bukti H. naledi mengalihkan perhatian dari ukuran otak, "Otak besar masih penting," kata Fuentes. "Hanya saja mereka tidak menjelaskan apa yang kita pikirkan selama ini."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.