Amerika Serikat juga mengatakan mereka melakukan serangan udara di dekat markas itu sehari setelah diserang.
Komando Afrika AS mengatakan mereka menghancurkan senjata dan peralatan yang diambil secara melanggar hukum oleh para pejuang Al-Shabaab, tanpa menyebutkan kapan atau di mana senjata tersebut dicuri.
'Perang total' ini menyoroti masalah keamanan endemik di negara di Kawasan Laut Merah dan Teluk Aden ketika mereka berjuang untuk bangkit dari beberapa dekade konflik dan bencana alam.
Baca Juga: 21 Orang Tewas dalam Pertempuran Somalia Melawan Kelompok Al Shabaab di Daerah Terpencil
Tahun lalu, Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud meluncurkan "perang total" melawan Al-Shabaab, dengan mengajak warga Somalia untuk membantu membersihkan anggota kelompok jihadis tersebut yang ia sebut sebagai "kutu busuk".
Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan militer dan milisi yang dikenal sebagai "macawisley" merebut kembali sebagian wilayah di pusat negara itu dalam sebuah operasi yang didukung oleh ATMIS dan serangan udara AS.
Namun, meskipun adanya kemajuan oleh pasukan propemerintah, militan tersebut terus melancarkan serangan dengan kekuatan mematikan terhadap target sipil dan militer.
Dalam serangan Al-Shabaab paling mematikan sejak peluncuran serangan tersebut, 121 orang tewas pada Oktober dalam dua ledakan bom mobil di kementerian pendidikan di Mogadishu.
Pada Mei 2022, para militan menyerbu sebuah markas Uni Afrika dan memicu baku tembak sengit yang menewaskan sekitar 30 pasukan penjaga perdamaian Burundi, kata seorang perwira militer Burundi, seperti dikutip France24.
Baca Juga: AS Bunuh Pemimpin ISIS Somalia Lewat Operasi Militer, Tapi Ditakutkan Kelompok Itu Terus Berkembang
Pemerintah Somalia dan Uni Afrika mengutuk serangan tersebut, tanpa mengungkapkan berapa banyak orang yang tewas.
Pada September 2015, setidaknya 50 pasukan Uni Afrika oleh sumber-sumber militer Barat dilaporkan tewas saat pejuang Al-Shabaab menguasai sebuah pangkalan militer di sebelah barat daya Mogadishu.
Pasukan ATMIS yang beranggotakan 20.000 orang punya tugas lebih ofensif daripada pendahulunya yang dikenal sebagai AMISOM.
Pasukan tersebut berasal dari Uganda, Burundi, Djibouti, Etiopia, dan Kenya, dengan pasukan yang ditempatkan di selatan dan tengah Somalia. Tujuannya adalah untuk menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan dan polisi Somalia pada tahun 2024.
Dalam laporan kepada Dewan Keamanan PBB pada Februari, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa tahun 2022 adalah tahun termematikan bagi warga sipil di Somalia sejak tahun 2017, yang sebagian besar disebabkan oleh serangan Al-Shabaab.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.