TOKYO, KOMPAS.TV - China diperkirakan akan melampaui Amerika Serikat tahun 2035 untuk menjadi ekonomi terbesar di dunia berdasarkan pertumbuhan saat ini.
Perkiraan itu dikatakan ekonom China terkemuka Zhu Min, mantan wakil kepala Dana Moneter Internasional (IMF), seperti laporan Straits Times, Kamis (25/5/2023).
Namun, tambahnya, daripada terpaku pada angka atau jangka waktu, yang lebih penting adalah kualitas pertumbuhan ekonomi China di masa depan, untuk memberikan manfaat lebih banyak bagi masyarakat China biasa.
Dan cara untuk melakukannya, katanya, adalah dengan mendorong model pertumbuhan baru China.
Model ini didorong oleh belanja domestik daripada ekspor, manufaktur bernilai tambah melalui adopsi teknologi digital, dan menjadi ramah lingkungan sehingga dapat mencapai netralitas karbon.
Pemaparan Dr Zhu menjawab pertanyaan tentang kapan ekonomi China dapat melampaui AS dalam sebuah pertemuan di KTT Masa Depan Asia, yang diselenggarakan oleh media Jepang Nikkei di Tokyo, Kamis (25/5/2023).
Lebih lanjut Dr Zhu melakukan beberapa perhitungan sederhana mengenai perkiraannya: Berdasarkan asumsi bahwa ekonomi Amerika tumbuh sebesar 2 hingga 2,5 persen per tahun, dan China sebesar 4 hingga 4,5 persen, tonggak sejarah tersebut bisa terjadi dalam 12 tahun.
Prediksinya sedikit tertinggal dibandingkan dengan perkiraan lain, yang berkisar antara 2030 hingga 2033. Tetapi beberapa proyeksi ini juga telah diperpanjang, terutama akibat pandemi Covid-19 dan lockdown di China.
Namun kata Dr Zhu, yang sekarang menjabat sebagai wakil ketua pusat pemikiran di Beijing, China Centre for International Economic Exchanges, "Jangan terlalu memerhatikan PDB agregat."
Baca Juga: China Beri Dukungan Penuh bagi Rusia, Terutama dalam Kepentingan Mendasar Rusia
Dia mencatat produk domestik bruto per kapita China hanya seperempat dari Amerika Serikat, dengan ruang yang sangat besar untuk meningkatkan kehidupan individu.
"Bagi China, melampaui AS bukanlah sebuah target. Kami ingin memastikan kualitas pertumbuhan ada, bukan jumlah atau seberapa cepat kita bisa melewatinya."
Yang lebih penting baginya adalah bagaimana model China saat ini, dengan fokus yang signifikan pada investasi, pasar properti, dan ekspor, "Tidak berfungsi dengan baik".
Dia menguraikan beberapa masalah, yakni China tidak lagi punya pasokan tenaga kerja murah yang tidak terbatas karena tingkat kelahirannya menurun, dan ada perlambatan permintaan global terhadap barang-barangnya.
Sejak mencabut pembatasan era Covid-19, pemerintah China berupaya mendorong permintaan domestik untuk memainkan peran yang lebih besar dalam perekonomian.
Tetapi hal ini terbukti sulit, karena sebagian besar rumah tangga China masih lebih suka menabung daripada menghabiskan uang, karena khawatir tentang pekerjaan dan pendapatan.
Untuk mengatasi hal ini, kata Dr Zhu, China harus meningkatkan cakupan layanan kesehatan dan jaminan sosial agar orang merasa aman dalam melakukan konsumsi hari ini.
Upaya lain, seperti mencapai netralitas karbon, sedang dilakukan. Misalnya, listrik surya yang dihasilkan di Sichuan sekarang ditransmisikan ke Henan, di mana biayanya lebih rendah daripada listrik batubara. Henan adalah provinsi produsen batubara.
"Ini memberi tahu kita bahwa ada cara yang hemat biaya ke depan - bahwa batubara dapat digantikan, akan digantikan," kata Dr. Zhu.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.