ANKARA, KOMPAS.TV - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari Senin (22/5/2023) mengkritik media-media Barat yang baru-baru ini mencoba mempengaruhi opini publik dengan judul-judul mengenai pemilihan presiden di Turki.
"Kami telah mencapai sebagian besar kemajuan demokrasi kami di Turki dengan melawan judul-judul berita," kata pemimpin Turki tersebut dalam wawancara langsung dengan stasiun televisi nasional TRT Haber, seperti dikutip Anadolu, Selasa (23/5/2023).
Erdogan menambahkan, Barat tidak menyukai Turki karena Turki membasmi terorisme. "Dalam perang melawan terorisme, kami selalu dibiarkan sendirian. Kami bangkit dengan kemampuan dan daya upaya kami sendiri," ujarnya.
Erdogan juga mengatakan Barat terganggu dengan kemajuan Turki dalam industri pertahanan.
"Apa mereka suka dengan Turki yang semakin kuat dalam industri pertahanan? Tentu saja mereka tidak menyukai kita. Mereka tidak akan menyukai kita karena kita tidak lagi membeli senjata atau amunisi dari mereka. Bangsa saya memberikan jawaban ini kepada mereka pada tanggal 14 Mei. Saya berharap bahwa pada tanggal 28 Mei, mereka akan melakukannya lagi," ujarnya.
"Anda pernah mendengar keluhan dari Azerbaijan, Qatar, dan Libya karena usaha kami? Tidak. Ketika kita melihat siapa yang terganggu dengan keberhasilan kami, kita dapat melihat dengan lebih jelas siapa teman dan siapa musuh," tambah Erdogan.
Baca Juga: Semakin Panas, Erdogan dan Kilicdaroglu Saling Klaim Bakal Menang di Pemilu Turki
Jutaan pemilih pergi ke tempat pemungutan suara pada tanggal 14 Mei untuk memilih presiden negara dan parlemen sebanyak 600 kursi.
Aliansi Rakyat Erdogan memenangkan mayoritas di parlemen, sementara pemilihan presiden menuju putaran kedua tanggal 28 Mei.
Erdogan akan menghadapi Kemal Kilicdaroglu, pemimpin Partai Rakyat Republikan (CHP) sebagai kandidat utama oposisi dan calon bersama untuk Aliansi Bangsa enam partai, dalam pemungutan suara putaran kedua.
Erdogan berhasil meraih 49,52% suara dalam putaran pertama, sementara Kilicdaroglu berada di posisi kedua dengan 44,88%, dan Sinan Ogan dari Aliansi ATA (Leluhur) mendapatkan 5,17%.
Ogan hari Senin, (22/5/2023) menyatakan dukungan untuk Erdogan pada putaran kedua, dengan mengatakan: "Kami yakin keputusan kami adalah keputusan yang tepat bagi negara dan bangsa kami."
Erdogan berterima kasih atas dukungan Ogan. "Ogan sangat memahami sikap kami yang jelas dalam perang melawan terorisme, hubungan dengan dunia Turk, dan kelangsungan hidup tanah air kami. Kami tidak membuat sedikit pun konsesi dalam masalah-masalah ini."
Baca Juga: Pengakuan Erdogan, Turki Miliki Hubungan Spesial dengan Putin
Menyinggung tentang pengembalian sukarela pengungsi Suriah, Erdogan mengatakan: "Kami telah mendukung pengembalian sukarela dan aman para pengungsi sejak awal.
Sejauh ini, hampir 560.000 pengungsi telah kembali ke wilayah yang dibersihkan dari terorisme. Jumlah ini akan terus bertambah seiring organisasi teroris dibasmi di Suriah."
Presiden menjamin bahwa perbatasan Turki dilengkapi dengan teknologi terbaru untuk keamanan. "Perbatasan Turki lebih aman daripada sebelumnya," katanya.
Lebih dari 3,7 juta warga Suriah saat ini tinggal di Turki, menjadikannya negara tuan rumah pengungsi terbesar di dunia.
Setelah dimulainya perang saudara berdarah di Suriah pada tahun 2011, Turki mengadopsi kebijakan "pintu terbuka" bagi warga Suriah yang melarikan diri dari penganiayaan dan kekejaman.
Menurut perkiraan PBB, ratusan ribu orang telah tewas dan lebih dari 10 juta orang lainnya mengungsi akibat perang saudara yang menghancurkan Suriah sejak awal 2011.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.