"Diplomasi paralel ini dilakukan dengan cara yang terkoordinasi, sejalan dengan agenda politik Kremlin," kata Klyszcz.
Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, juga berperan aktif dalam membangun hubungan dengan negara-negara Teluk di mana identitas agama bersama memainkan peran kunci.
Pada tahun 2018 dan 2022, ia melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi dan bertemu dengan kepemimpinan Saudi selama kedua kunjungan tersebut.
Baca Juga: Utusan Khusus China Berangkat ke Ukraina dan Rusia Berupaya Mendorong Kesepakatan Damai
Saat perang di Ukraina mengubah hubungan internasional di seluruh dunia, perang tersebut pasti akan mempengaruhi pertemuan di Kazan. Di Moskow, ada niat yang jelas untuk menggeser fokus kemitraan strategis dan ekonomi dari Barat.
Pada bulan Maret, Kremlin merilis pandangan kebijakan luar negeri baru yang mencantumkan kata "Islam" untuk pertama kalinya dan menyatakan niat untuk memperdalam hubungan dengan negara-negara muslim, bersama dengan negara-negara di Afrika dan Amerika Selatan.
Setelah Forum Dunia Islam-Rusia pada bulan Mei, akan diadakan KTT Puncak Rusia-Afrika yang kedua di St. Petersburg pada bulan Juli.
Perkembangan dalam kebijakan luar negeri ini merupakan bagian dari "narasi bahwa negara-negara ini penting dalam merestrukturisasi tatanan dunia," kata Klyszcz.
Untuk lebih menegaskan pesannya, Rusia berusaha keras membedakan pendekatan kebijakan luar negerinya dari Barat.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berulang kali berbicara tentang sikap Barat yang "kolonial" terhadap seluruh dunia, menggali perasaan ketidakpuasan terhadap AS, khususnya.
"Dalam dunia muslim, Rusia tentu saja diterima lebih baik daripada Barat, tetapi kesan positif ini dibesar-besarkan oleh propaganda," kata Klyszcz.
Sentimen anti-Barat juga berkontribusi pada kesalahpahaman tentang realitas di Ukraina, katanya.
Keberadaan jumlah tentara yang signifikan dari Kaukasus di medan perang membantu menciptakan narasi bahwa Rusia "berjuang bersama-sama dengan umat muslim".
Baca Juga: Benar atau Tidak, Serangan Drone atas Kremlin Mengguncang Rusia
Sementara banyak negara di seluruh dunia bersuara mendukung Ukraina, beberapa negara lainnya tetap diam, enggan melakukan pengorbanan ekonomi dan diplomatik atas nama konflik yang terletak jauh dan terkesan "imperial".
Beberapa negara muslim menolak memberikan suara untuk mengeluarkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada April 2022, dan negara-negara di Dunia Selatan sebagian besar memilih tidak memberlakukan sanksi terhadap Rusia seperti tindakan oleh Amerika Serikat dan Eropa.
Sekarang Rusia nampaknya bertekad untuk memenangkan hati Dunia Selatan, dan perasaan tersebut mungkin saling berpagut.
"Putusnya hubungan dengan Rusia mungkin dianggap sebagai kemenangan Barat di Eropa, tetapi di Dunia Selatan tidak ada kemenangan Barat.
Sebaliknya, perang ini mempercepat fragmentasi, membatalkan globalisasi, dan menyebabkan regionalisasi blok strategis dan ikatan ekonomi," kata laporan Institut Hubungan Internasional Prancis.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.