RIYADH, KOMPAS.TV - Suriah mengakhiri pengasingan dari Liga Arab selama lebih dari satu dekade hari Senin (15/5/2023) ketika pejabat seniornya ikut sesi persiapan KTT hari Jumat, (19/5/2023) di Arab Saudi.
"Saya ... memanfaatkan kesempatan ini untuk menyambut Republik Arab Suriah ke Liga Negara Arab," kata Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed al-Jadaan kepada pertemuan tersebut, yang disiarkan langsung oleh saluran TV negara Al Ekhbariya hari Selasa, (16/5/2023)
Jadaan mengatakan ia "berharap dapat bekerja dengan semua orang untuk mencapai apa yang kita harapkan," saat kamera menyorot ke delegasi Suriah.
Ini adalah pertama kalinya pejabat senior Suriah berpartisipasi dalam pertemuan Liga Arab sejak badan itu menangguhkan keanggotaan Damaskus bulan November 2011 karena penindasan keras terhadap protes yang berujung pada konflik yang telah menewaskan lebih dari 500.000 orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
Pada awal Mei, Liga Arab secara resmi menyambut kembali pemerintah Suriah, sehingga Presiden Bashar al-Assad kembali ke lingkaran dunia Arab.
Raja Salman Arab Saudi mengundang Assad untuk menghadiri KTT di kota pelabuhan Laut Merah Jeddah yang akan dilaksanakan hari Jumat, (19/5/2023), dan akan menjadi kali pertama sejak pertemuan di Libya tahun 2010.
"Ini adalah kesempatan baru bagi kita untuk memberitahu saudara-saudara Arab kita bahwa kita tidak melihat ke masa lalu, tetapi ke masa depan," kata Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad saat mendarat di Jeddah hari Senin malam.
"Ada banyak tantangan yang harus kita diskusikan dan kita harus mobilisasi untuk menghadapinya, termasuk konflik Arab-Israel," seperti laporan kantor berita resmi Suriah, Sana, mengutip pernyataan Mekdad.
Baca Juga: Raja Salman Resmi Undang Presiden Suriah Hadir di KTT Liga Arab Walau AS dan Inggris Tidak Setuju
Ibu kota regional secara bertahap telah merangkul Assad saat ia mempertahankan kekuasaannya dan merebut kembali wilayah yang hilang dengan dukungan penting dari Iran dan Rusia.
Uni Emirat Arab memulihkan hubungan dengan Suriah tahun 2018 dan memimpin upaya terbaru untuk mengintegrasikan kembali Damaskus. Uni Emirat Arab juga telah mengundang Assad untuk menghadiri KTT iklim PBB di Dubai pada akhir 2023, seperti dilaporkan Sana hari Senin.
Aktivitas diplomatik meningkat setelah gempa bumi mematikan melanda Suriah dan Turki pada 6 Februari.
Selama sesi persiapan hari Senin, Menteri Ekonomi Suriah Mohammad Samer al-Khalil mengajak negara-negara Arab berinvestasi di negaranya dalam cahaya "peluang yang menjanjikan dan hukum baru yang menarik investasi," menurut Sana.
Keputusan Arab Saudi dan sekutu Damaskus, Iran, untuk melanjutkan hubungan pada Maret juga mengubah lanskap politik Timur Tengah.
Riyadh, yang memutus hubungan dengan pemerintahan Assad pada tahun 2012 dan telah lama menjadi pendukung terbuka penggulingan pemimpin Suriah, mengkonfirmasi minggu lalu, dua negara tersebut akan melanjutkan hubungan diplomatik masing-masing.
Meskipun front tempur Suriah sebagian besar sudah tenang, sebagian besar wilayah utara tetap di luar kendali pemerintah, dan tidak ada solusi politik untuk konflik yang tampak di cakrawala.
Diplomat top dari sembilan negara Arab membahas krisis Suriah di Arab Saudi pada bulan April, dan lima menteri luar negeri regional termasuk Suriah bertemu di Yordania pada 1 Mei.
Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit mengatakan pada hari Senin, kembalinya Suriah dapat membangkitkan "prinsip solidaritas Arab", menurut pernyataan yang disampaikan oleh wakilnya Hossam Zaki.
Baca Juga: Saat Arab Saudi dan Suriah Kembali Buka Hubungan Diplomatik Resmi Setelah 10 Tahun
Namun tidak semua negara di wilayah itu cepat memperbaiki hubungan dengan Assad.
Qatar mengatakan pada bulan Mei, mereka tidak akan memperbaiki hubungan dengan Suriah, tetapi juga mencatat hal ini tidak akan menjadi "penghalang" untuk reintegrasi Liga Arab.
Aboul Gheit mengatakan "atmosfir positif" yang diciptakan oleh berakhirnya beberapa perselisihan di wilayah itu "tidak boleh menghalangi kita dari realitas yang telah terjadi selama bertahun-tahun, yaitu akumulasi dan tumpang tindih dari sederet tantangan serius".
Di antara tantangan tersebut, tambahnya, adalah "gelombang pengungsi baru", kemungkinan merujuk pada konflik selama sebulan di Sudan, negara anggota Liga Arab, yang telah sekitar 200.000 orang untuk mengungsi ke luar Sudan dan memaksa ratusan ribu lainnya menjadi pengungsi dalam negeri.
Konflik ini diperkirakan menjadi agenda utama dalam pertemuan puncak pada hari Jumat.
Diplomat senior Saudi mengatakan minggu lalu, panglima militer resmi Sudan Abdel Fattah al-Burhan, salah satu dari dua jenderal di pusat konflik tersebut, diundang untuk mewakili Sudan tetapi belum jelas siapa yang akan hadir.
Perwakilan dari Burhan dan lawannya, pemimpin paramiliter Mohamed Hamdan Dagalo, berada di Jeddah selama lebih dari seminggu untuk melakukan pembicaraan yang difasilitasi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Pada Kamis, kedua belah pihak menandatangani perjanjian yang berkomitmen untuk menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan, tetapi mereka masih belum sepakat mengenai persyaratan gencatan senjata yang mungkin terjadi.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.