NEW YORK, KOMPAS.TV - Hotel Roosevelt yang bersejarah dan berada di tengah kota Manhattan, kini diubah untuk menjadi tempat penampungan bagi para pencari suaka. Kebijakan pemerintah kota New York ini menimbulkan kontroversi.
Wali Kota Eric Adams mengumumkan pada Sabtu (13/5/2023) bahwa kota itu akan menggunakan 1.000 kamar di Hotel Roosevelt untuk para migran yang diperkirakan akan tiba dalam beberapa minggu mendatang.
Hotel-hotel seperti Roosevelt yang beberapa tahun lalu digunakan untuk melayani turis, kini diubah menjadi tempat penampungan darurat. Banyak di antaranya berada di lokasi utama dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari Times Square, situs peringatan World Trade Center, dan Empire State Building.
Konstitusi mengharuskan kota untuk menyediakan tempat berlindung bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Meski begitu, Adams mengatakan New York kehabisan ruang bagi para migran dan telah mencari bantuan keuangan dari pemerintah negara bagian dan federal.
Baca Juga: New York Tunjuk Pejabat yang Disebut “Tsar Tikus”, Demi Kurangi Populasi Musuh Nomor Satu Kota
“Kota New York sekarang telah merawat lebih dari 65.000 pencari suaka dan sudah membuka lebih dari 140 tempat penampungan darurat dan delapan pusat bantuan kemanusiaan skala besar selain yang satu ini untuk mengelola krisis nasional ini,” kata wali kota dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Associated Press.
Saat ini New York menghadapi tekanan besar untuk memperluas sistem tempat tinggal. Pemerintah kota menggunakan hotel kosong bagi mereka yang mebutuhkan tempat tinggal. Selain Hotel Roosevelt, mereka juga menggunakan Holiday Inn yang terletak di Manhattan.
Hotel Roosevelt sebelumnya tutup pada tiga bulan lalu. Sedangkan Holiday Inn yang memiliki 50 lantai dan 500 kamar dinyatakan tutup beberapa bulan lalu.
Scott Markowitz dari Tarter Krinsky & Drogin, pengacara pemilik hotel, mengatakan pembukaan kembali karena tempat penampungan yang disponsori kota masuk akal secara finansial.
"Mereka menyewakan setiap kamar di hotel dengan harga tertentu setiap malam," kata Markowitz. Ia menambahkan bahwa itu menghasilkan pendapatan yang jauh lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh operasi normal hotel.
Hotel yang dialihfungsikan bukanlah hal baru di New York. Selama pandemi, ratusan kamar hotel di New York disewakan untuk digunakan sebagai bangsal COVID-19. Saat pandemi mereda, hotel-hotel itu sudah tidak digunakan sebagai bangsal COVID-19 lagi.
Ketika ribuan migran mulai berdatangan dengan bus pada tahun lalu, kini hotel-hotel tersebut kosong. The Watson Hotel di West 57th Street, sekarang juga digunakan untuk menampung keluarga migran.
“Adalah kewajiban moral dan hukum kami untuk menyediakan tempat berlindung bagi siapa saja yang membutuhkannya,” kata Departemen Layanan Sosial kota itu dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Sambut Tahun Baru, New York Legalkan Jasad Manusia Dibikin Pupuk Kompos
“Dengan demikian, kami telah memanfaatkan, dan akan terus memanfaatkan, setiap alat yang kami miliki untuk memenuhi kebutuhan setiap keluarga dan individu yang datang kepada kami untuk mencari perlindungan.”
Sebelum lonjakan pencari suaka, kota ini menghadapi peningkatan jumlah tunawisma, tempat penampungan yang padat, dan kelangkaan perumahan yang terjangkau. New York bahkan mengumumkan rencana untuk mengirim ratusan migran ke hotel di daerah pinggiran kota Orange dan Rockland di seberang Sungai Hudson, yang membuat marah para pemimpin lokal.
Vijay Dandapani, presiden dan CEO dari Asosiasi Hotel Kota New York, mengatakan bahwa kota perlu mencari solusi jangka panjang.
“Hotel bukanlah solusi untuk situasi ini,” katanya. Dia menambahkan bahwa kebijakan ini menimbulkan masalah bagi pembayar pajak, yang memandang para migran mendapatkan hidup mewah dengan tinggal di hotel dengan hasil pajak mereka.
Tetapi beberapa pendukung tunawisma mengatakan tempat pribadi yang disediakan kamar hotel adalah pilihan yang lebih baik daripada akomodasi bergaya barak yang biasanya disediakan kota.
Kassi Keith, 55, salah satu tunawisma, menyambut baik penataan hotel tersebut.
“Memiliki kamar sendiri memberi Anda ketenangan pikiran,” kata Keith. "Aku bisa tidur dengan kedua mata tertutup, kamu tidak harus membuka satu mata," ujarnya.
Baca Juga: Polisi Militer AS Larang Warga Mengemudi di Buffalo New York yang Tertutup Salju Tebal
Awal tahun ini, puluhan migran melakukan protes setelah diusir dari kamar hotel dan dipaksa masuk ke barak yang didirikan di Terminal Kapal Pesiar Brooklyn, yang memiliki akses transportasi umum yang buruk. Mereka mengeluh tentang udara dingin, kurangnya privasi, dan tidak memiliki kamar mandi yang cukup.
Roosevelt Hotel akan dibuka pertama kali minggu ini sebagai pusat penyambutan yang menyediakan informasi dan sumber hukum dan medis. Hotel itu juga akan membuka 175 kamar untuk keluarga dengan anak-anak, kemudian menambah jumlah kamar menjadi 850. Kota itu mengatakan 150 kamar lainnya akan tersedia untuk pencari suaka lainnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.