MOSKOW, KOMPAS.TV - Perang proksi NATO - Rusia di Ukraina mengalami eskalasi mengerikan minggu ini, dengan Inggris mengumumkan pengiriman rudal jelajah jarak jauh Storm Shadow ke Kiev.
Apa itu rudal jelajah Storm Shadow? Apa perbedaannya dengan rudal yang sudah diberikan ke Ukraina? Bagaimana Rusia menandingi? Berikut laporan Sputnik hari Jumat (12/5/2023).
Storm Shadow, yang ditegaskan oleh Menteri Pertahanan Ben Wallace minggu ini akan "masuk ke" atau "sudah ada" di Ukraina, adalah rudal jelajah dengan jangkauan hingga 250 km versi ekspor dan 560 km varian dalam negeri.
Rudal jelajah Storm Shadow jika ditembakkan ke wilayah timur laut Ukraina, varian ekspor senjata buatan Inggris-Prancis ini punya jangkauan yang cukup untuk mengincar kota-kota besar Rusia seperti Kursk, Belgorod, Voronezh, atau Sevastopol, serta sebagian besar Belarusia, termasuk ibukotanya, Minsk.
Pejabat Inggris secara pribadi menjamin Kiev berjanji tidak menggunakan rudal ini untuk menyerang target di dalam Rusia.
Namun, itu tidak memberikan kelegaan bagi Moskow, mengingat pemerintah Ukraina berupaya mengubah krisis ini menjadi perang bom teror lebih dari setahun yang lalu, tidak hanya menargetkan kota-kota di Donbass, tetapi juga mencoba meluncurkan serangan rudal, artileri, dan serangan drone pada target di dalam Rusia.
Baca Juga: Ukraina Tunda Serangan Balik ke Rusia, Inggris Kirim Rudal Storm Shadow
Storm Shadow adalah rudal NATO yang paling kuat yang pernah diserahkan kepada Kiev, dan punya jangkauan yang jauh melebihi 75 km rudal HIMARS yang dikirim dalam jumlah ribuan selama setahun terakhir.
Rudal jelajah ini, dengan harga USD2,5 juta per unit, punya berat 1,3 ton, panjang 5,1 meter, diameter sekitar 0,4 meter, dan hulu ledak tandem seberat 450 kilogram, cukup untuk menghancurkan benteng dan bunker kelas berat atau meratakan gedung apartemen, fasilitas industri, simpul kereta api, atau kolom kendaraan dan pasukan.
Ada juga varian yang ditembakkan dari kapal perang, dengan jangkauan hingga 1.400 km dan hulu ledak seberat 300 kg. Rudal ini dilengkapi dengan sistem navigasi inersia yang digabungkan dengan GPS dan referensi medan.
Diperkirakan Inggris punya antara 700 hingga 1.000 rudal Storm Shadow siap tempur.
"Ini adalah rudal yang diluncurkan dari udara yang menggunakan teknologi siluman. Hulu ledaknya bisa berupa amunisi kaset atau hulu ledak tembus baja dengan berat 450 kg... Sebagai panduan, rudal jelajah ini dipasang pada pesawat buatan Eropa... tidak dipasang pada pesawat AS," kata Dmitri Drozdenko, redaktur utama Arsenal of the Fatherland, portal berita dan analisis pertahanan Rusia, kepada Sputnik.
Diciptakan secara bersama oleh Matra Bae Dynamics atau MBDA, perusahaan pertahanan yang khusus mengembangkan rudal, gabungan antara Inggris dan Prancis yang dibentuk pada tahun 1990-an, Storm Shadow pertama kali diperkenalkan tahun 2002, tepat pada saat kampanye invasi dan pemboman yang dipimpin oleh AS dan NATO selama satu setengah dekade di Timur Tengah.
Pasukan Inggris pertama kali menggunakan rudal Storm Shadows di Irak selama invasi tahun 2003, dengan pasukan udara Inggris, Prancis, dan Italia menggunakan rudal tersebut dalam perang udara agresi NATO di Libya pada tahun 2011.
Rudal-rudal ini kemudian digunakan pasukan Prancis dan Inggris di Suriah tahun 2015, 2016, dan 2018, termasuk serangan yang diduga ditujukan untuk melawan ISIS, dan menyerang pasukan Suriah berdasarkan bukti palsu serangan kimia oleh pemerintah Suriah (alasan serangan terakhir ini kemudian terbukti sebagai kebohongan).
Selain diserahkan kepada negara-negara NATO seperti Italia dan Yunani, rudal Storm Shadows juga diekspor ke India, Mesir, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi, yang menggunakan rudal ini melawan pejuang milisi Houthi di Yaman.
Baca Juga: Utusan Khusus China Berangkat ke Ukraina dan Rusia Berupaya Mendorong Kesepakatan Damai
Storm Shadows dirancang untuk digunakan dari pesawat Eurofighter Typhoon, Rafale, Mirage 2000, dan jet Tornado. Ukraina tidak punya jenis pesawat-pesawat ini, dan Inggris serta NATO sejauh ini enggan menyerahkan pesawat canggihnya kepada Kiev karena dikhawatirkan Rusia akan segera menghancurkannya.
Untuk mengoperasikannya, Angkatan Udara Ukraina perlu menyesuaikannya dengan pesawat tempur MiG-29 atau Su-27 mereka, pembom pendukung udara Su-25, atau jet serang Su-24.
Kedua pilihan ini punya keterbatasan, karena semua pesawat ini kecuali Su-24 puya batasan muatan yang akan membatasi jumlah rudal Storm Shadow yang dapat dibawa pesawat tersebut (batas berat muatan berkisar antara 2.500 hingga 4.500 kg, tergantung pada pesawat dan modifikasinya).
Selain itu, terdapat perbedaan desain mendasar antara pesawat NATO dan blok Pakta Warsawa (semua pesawat tempur Ukraina adalah desain yang berasal dari periode Soviet).
"Adaptasi pesawat-pesawat ini ke sistem panduan dan penentuan titik target yang secara mendasar berbeda, akan sangat sulit. Ini tidak semudah mengikat rudalnya (di pesawat), terbang keluar, menembak, dan terbang pulang," kata Sergei Khatylev, mantan kepala pasukan rudal pertahanan udara dari Komando Pasukan Khusus Pertahanan Udara Moskow.
"Mereka akan membutuhkan kompleks penerbangan dan navigasi, program khusus dengan data jarak, ketinggian, dorongan, gaya-gaya gravitasi, dan sudut belok. Akan diperlukan pemilihan dan penentuan target dengan cara tertentu," jelas kolonel pensiunan tersebut kepada media Rusia, "Jika Anda memasangnya pada Su-27 atau MiG-29, revisi serius harus dilakukan. Banyak pertanyaan muncul mengenai bagaimana semuanya akan diorganisir, dan dalam kerangka waktu berapa."
Opsi lainnya adalah platform berbasis darat, tetapi itu akan membutuhkan sistem komando dan kontrol yang sepenuhnya baru, menurut Khatylev. "Selain peluncur, Anda akan membutuhkan kendaraan komando dan kontrol. Anda perlu mendapatkan penunjukan target dari suatu tempat," katanya.
Baca Juga: Inggris Minta Swasta Beri Penawaran Rudal Jarak Jauh untuk Ukraina, Perang akan Makin Berdarah
Selain menghantam senjata yang sedang dalam perjalanan, pangkalan udara, atau persediaan pesawat tempur dan pembom Ukraina yang tersisa, Rusia dapat merespons pengiriman Storm Shadows dengan memperkuat pertahanan rudal berlapis.
Khatylev menunjukkan bahwa menghantam sarana pengiriman Storm Shadows hanya merupakan satu bagian. Yang lainnya adalah kekuatan udara dan pertahanan udara Rusia.
"Kami tidak akan membiarkan Angkatan Udara Ukraina terbang. Angkatan Udara Rusia punya supremasi udara. Jika mereka menggunakan rudal-rudal ini dari pesawat, sebenarnya itu akan menguntungkan bagi kami, karena lebih mudah mengincar pesawat daripada rudal itu sendiri. Kami akan menghancurkan pembawanya. Zona pembunuhan S-400 mencakup beberapa ratus kilometer; begitu masuk ke zona ini, pembawa akan dihancurkan dengan mudah," kata kolonel cadangan tersebut.
Menurutnya, jika rudal-rudal diluncurkan, mendeteksi dan mengincar mereka dengan tepat waktu sangat penting. Ia menambahkan sistem yang mampu mengincar Storm Shadow termasuk S-400, S-300, dan Buk-M3 serta Buk-M2 dengan jangkauan yang lebih pendek yang beroperasi secara bersamaan.
Pertahanan di sekitar Krimea adalah contoh yang sempurna dari pertahanan antipesawat dan antirudal berlapis, tegas Khatylev.
"Di sana, Armada Laut Hitam, unit pertahanan udara, angkatan udara, korps angkatan darat, pasukan khusus menggabungkan semua kemampuan pengintaian mereka, serta sistem tembak mereka, menjadi satu sistem. Semua ini dilakukan sesuai dengan satu rencana, dari satu pos komando... Dan semua ini memberikan efek yang luar biasa."
Dengan kata lain, menggunakan Storm Shadows dalam perang imperialistik melawan negara berkembang yang dilanda perang dengan pertahanan udara dan rudal yang terbatas atau bahkan tidak ada adalah satu hal - namun mencoba menggunakannya melawan negara seperti Rusia adalah hal yang berbeda.
Sumber : Sputnik International
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.