RIYADH, KOMPAS.TV - Presiden Suriah Bashar al-Assad memperkuat kebangkitannya di dunia Arab, ketika kekuatan Sunni utama di dunia, Arab Saudi, yang selama ini mendukung oposisi Suriah, mengumumkan diplomatnya akan kembali bekerja di Suriah.
Pemulihan hubungan diplomatik itu dikonfirmasi Damaskus dan terjadi dua hari setelah Liga Arab mengaktifkan kembali keanggotaan Suriah, seperti laporan France24, Rabu (10/5/2023).
"Kerajaan Arab Saudi memutuskan untuk melanjutkan tugas misi diplomatiknya di Suriah," kata kementerian luar negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan kantor berita resmi Saudi Press Agency, menyatakan kedua negara akan "menyusun aksi bersama dunia Arab,"
Kantor berita SANA Suriah juga mengatakan "Republik Arab Suriah memutuskan melanjutkan tugas misi diplomatiknya di Arab Saudi," mengutip sumber kementerian luar negeri Suriah.
Seperti diketahui, Arab Saudi akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak Liga Arab 19 Mei mendatang.
Assad terisolasi secara politik sejak perang Suriah dimulai, namun kegiatan diplomatik terlihat sibuk beberapa minggu terakhir setelah keputusan Arab Saudi dan Iran, sekutu dekat Damaskus, untuk melanjutkan hubungan yang mengubah lanskap politik.
Tiga minggu yang lalu, Assad bertemu dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan di Damaskus, kunjungan pertama semacam itu sejak perang pecah pada tahun 2011.
Baca Juga: Sempat Ditendang Keluar, Suriah Kembali Diterima di Liga Arab, Ini Penjelasan dan Alasannya
Pada saat itu, Assad dan Pangeran Faisal membahas langkah-langkah untuk "mencapai penyelesaian politik yang komprehensif yang membantu Suriah kembali ke lingkaran Arab," kata kementerian luar negeri Arab Saudi.
Arab Saudi memutuskan hubungan dengan pemerintah Assad pada tahun 2012 dan Riyadh lama mendukung penggulingan Assad, mendukung pemberontak Suriah pada tahap awal perang.
Assad berharap normalisasi dengan negara-negara kaya di Teluk dapat membawa bantuan ekonomi dan dana untuk rekonstruksi, karena pendanaan internasional yang lebih luas masih sulit dicapai tanpa penyelesaian politik yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pada hari Minggu, Liga Arab menyambut kembali pemerintah Suriah.
Badan tersebut sebelumnya menangguhkan keanggotaan Damaskus pada November 2011 sebagai akibat dari tindakan keras Damaskus terhadap protes damai yang kemudian berkembang menjadi perang yang melibatkan pihak asing dan telah menewaskan lebih dari 500.000 orang, mengakibatkan jutaan orang mengungsi, serta merusak infrastruktur dan industri negara.
Meskipun situasi di garis depan pertempuran sebagian besar telah mereda, sebagian besar wilayah utara negara tersebut masih berada di luar kendali pemerintah, dan hingga saat ini belum ada solusi politik yang dicapai untuk mengakhiri konflik ini.
Baca Juga: Amerika Serikat dan Inggris Menentang Kembalinya Suriah ke Liga Arab
Menteri Luar Negeri Liga Arab pada hari Minggu menekankan "keinginan mereka untuk memainkan peran penting dalam upaya penyelesaian krisis Suriah".
Ahmed Aboul Gheit, kepala Liga Arab yang terdiri dari 22 anggota, menyatakan bahwa keputusan ini "membawa pihak Arab untuk berkomunikasi dengan pemerintah Suriah untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir".
Namun, kepulangan Suriah ke dalam blok Liga Arab ini "hanya merupakan awal dari proses, bukan akhir dari permasalahan ini," tambahnya.
Ia juga mencatat bahwa keputusan untuk melanjutkan hubungan dengan Damaskus sepenuhnya merupakan keputusan negara-negara anggota secara individu.
Koalisi Nasional Suriah, aliansi oposisi utama, mengecam keputusan ini dan menyebutnya sebagai "pengabaian" terhadap rakyat Suriah, serta meninggalkan mereka "tanpa dukungan resmi dari negara-negara Arab".
Amerika Serikat dan Inggris menyatakan bahwa mereka tetap menentang menjalin hubungan dengan rezim Assad, namun mereka akan tetap bekerja sama dengan negara-negara Arab yang memilih untuk memulihkan hubungan dengan Suriah.
"Misi kami sangat jelas: Kami tidak akan melakukan normalisasi hubungan dengan Assad dan rezimnya," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, kepada wartawan di Washington.
Baca Juga: Ini Hasil Lengkap Pertemuan Menlu Negara Arab dan Menlu Suriah: Perdamaian di Depan Mata
Meskipun demikian, Blinken menegaskan bahwa Amerika Serikat berbagi tujuan yang sama dengan mitra Arabnya di Suriah, termasuk dalam hal memberikan bantuan kemanusiaan dan melawan kelompok ekstremis Negara Islam.
"Saya berpandangan bahwa perspektif Arab, yang diungkapkan melalui Liga Arab, adalah mereka percaya bahwa mereka dapat mencapai tujuan-tujuan ini melalui keterlibatan yang lebih langsung," tambah Blinken.
Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly, dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, mengungkapkan bahwa London merasa sangat tidak nyaman dengan keputusan Liga Arab terkait Suriah.
Cleverly mengatakan, "Kita tidak bisa mengabaikan tindakan rezim Assad selama beberapa tahun terakhir ini; kekejaman terhadap rakyat Suriah tidak bisa diabaikan begitu saja. Inggris tentu tidak akan menyembunyikan fakta tersebut."
"Namun, kita juga menyadari bahwa ada tekanan besar yang dialami oleh negara-negara di wilayah tersebut," tambahnya.
Amerika Serikat masih mempertahankan ratusan tentara di Suriah sebagai bagian dari koalisi melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sementara itu, pasukan Turki dan yang terkait dengan Iran juga berada di negara itu.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.