Baca Juga: Presiden Iran Kunjungi Suriah, Bertemu Bashar al Assad Rundingkan Kerja Sama
Arab Saudi memainkan peran penting dalam mendorong kembalinya Suriah ke Liga Arab, dengan mengadakan pertemuan bulan lalu untuk membahas topik tersebut. Yordania menjadi tuan rumah pertemuan lainnya bulan ini.
Qatar masih menjadi penentang terbesar. Namun, setelah keputusan untuk mengembalikan Damaskus dibacakan, Qatar mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka “tidak akan menjadi penghalang” untuk “konsensus Arab.”
Kuwait juga belum memberikan dukungan untuk normalisasi, kata Bader Al-Saif, asisten profesor sejarah di Universitas Kuwait.
"(Kuwait) ingin tahu apa kondisinya, seperti apa solusi politiknya. Apakah akan ada pemilihan umum? Permintaan maaf? Apa kek?" katanya. Meskipun skeptisisme utama ini, al-Saif mengatakan Riyadh akan terus mendorong Damaskus untuk bekerja menuju "tatanan Arab yang lebih kuat dan terintegrasi."
Salah satu kritik utama atas dekatnya hubungan ini adalah bahwa Assad tidak memberikan konsesi apa pun untuk kesepakatan politik konflik Suriah. Tanpa solusi yang kredibel, jutaan warga Suriah yang melarikan diri ke luar negeri, banyak di antaranya ke negara-negara tetangga, akan terlalu takut untuk pulang.
Baca Juga: Ini Hasil Lengkap Pertemuan Menlu Negara Arab dan Menlu Suriah: Perdamaian di Depan Mata
Di sisi simbolis, kembalinya Suriah ke dalam Liga Arab menunjukkan kepada oposisi Suriah bahwa mereka "ditinggalkan sendiri", dan mengkonfirmasi kepada Damaskus bahwa strategi penghancuran yang dilakukan selama perang berhasil.
Namun, secara praktis, "sebuah kursi di Liga Arab tidaklah terlalu berpengaruh," kata Nadia Alghannam, seorang pengamat Timur Tengah yang berbasis di Arab Saudi.
Sanksi AS dan Eropa kemungkinan akan mencegah negara-negara Arab untuk melakukan investasi signifikan dalam rekonstruksi di Suriah dalam waktu dekat.
Banyak warga Suriah di wilayah yang dikuasai pemerintah berharap untuk melihat manfaat dari peningkatan perdagangan dengan dunia Arab untuk membantu mengatasi krisis ekonomi yang mematikan.
Hal tersebut mungkin terjadi, kata Alghannam. "Jika ada stabilitas, saya percaya akan ada arus investasi dan perdagangan dari Teluk dengan Suriah." Namun, dia mencatat, hubungan antara Arab Saudi dan Suriah sudah tegang bahkan sebelum konflik Suriah, "jadi membangun kepercayaan akan memakan waktu."
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Liga Arab setelah pertemuan pada hari Minggu menunjukkan bahwa reintegrasi Suriah yang lebih lanjut akan tergantung pada kemajuan menuju solusi politik untuk konflik, memerangi perdagangan narkoba, dan memfasilitasi kembalinya pengungsi. Negara-negara Teluk juga telah mendorong Damaskus untuk membatasi pengaruh Iran di Suriah.
Maha Yahya, direktur Carnegie Middle East Center yang berbasis di Beirut, mengatakan bahwa tidak mungkin Suriah memenuhi tuntutan negara-negara Arab.
Oleh karena itu, dia mengatakan, "saya jujur tidak berpikir langkah ini akan membuka pintu banjir dukungan untuk Suriah."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.