PARIS, KOMPAS.TV - Rusia meningkatkan pertahanannya di wilayah Ukraina yang diduduki menjelang serangan balik yang dipersiapkan Ukraina. Mereka mempertaruhkan posisinya di 800 km garis pertahanan tiga lapis dan pasukan yang memadai.
Sekarang setelah medan Ukraina yang berlumpur akibat air tanah musim semi mulai mengering, serangan balik mungkin akan terjadi dalam waktu beberapa minggu atau mungkin beberapa hari lagi, seperti dilaporkan oleh Straits Times, Jumat (28/4/2023).
Dinding pertahanan Rusia membentang dari Kherson, di selatan Ukraina, hingga ke timur laut negara itu, mencakup lebih dari 800 km.
"Lini pertahanan ini terdiri dari pertahanan dan parit berlapis," kata Brady Africk, di American Enterprise Institute, think-tank AS.
Mereka termasuk parit anti-tank, penghalang yang ditinggikan, barikade pertahanan yang diproduksi sebelumnya yang dikenal sebagai "gigi naga", ranjau darat, dan parit untuk personel, katanya seperti dikutip France24.
Baca Juga: NATO: Sekutu Ukraina Sudah Kirim 1.550 Lapis Baja, 230 Tank dan Banyak Amunisi
Tujuan Rusia adalah "mempertahankan kendali atas wilayah yang diduduki dan mencoba membatasi kemampuan Ukraina untuk melakukan serangan balik," katanya.
Strategi Moskow adalah untuk dapat "menyerap setiap serangan," kata Pierre Razoux, di Mediterranean Foundation of Strategic Studies, badan penelitian Prancis.
"Penyerang cenderung terjebak pada saat mereka mencapai lapisan kedua, dan bahkan jika mereka melewati itu, yang ketiga akan sangat sulit ditembus," katanya.
Rusia akan menggunakan strategi klasik dengan mengalihkan serangan musuh ke lapangan pertempuran yang mereka pilih, kata Andrew Galer, di British strategy think-tank Janes.
Namun, Ukraina, sementara itu, dapat memilih titik gempuran di garis pertahanan Rusia, katanya, menambahkan Kiev mungkin belum membuat pilihannya.
Baca Juga: Tank T-14 Armata Rusia Mulai Unjuk Gigi di Pertempuran Ukraina, Begini Kiprahnya
Tidak ada ruang untuk kesalahan
Ukraina bisa mencoba menipu Rusia dengan serangan kecil untuk menarik pasukan pertahanan ke sana, dan kemudian mengarahkan serangan utama ke tempat lain, katanya.
Vassily Kashin, di Universitas HSE Moskow, mengatakan Ukraina bisa memilih wilayah Bakhmut di mana pertempuran berlangsung selama 10 bulan untuk serangannya, tetapi mengakui "data yang kami miliki sangat terbatas."
Kashin mengatakan keseimbangan kekuatan di depan berubah menjadi keuntungan Rusia, "Ukraina bisa mencoba mengubahnya dengan serangan putus asa terakhir," katanya.
Hari Senin, bos kelompok paramiliter Wagner, Yevgeny Prigozhin, mengatakan serangan balik bisa terjadi pada hari kelompoknya mengambil alih Bakhmut, yang katanya bisa terjadi sekitar tanggal 9 Mei, peringatan kemenangan Rusia atas Nazi Jerman pada tahun 1945.
Keunggulan jumlah pasukan tetap menjadi keuntungan utama bagi Rusia, yang semakin diperkuat oleh upaya perekrutan baru-baru ini, kata para ahli.
"Meskipun pasukan Rusia mungkin sudah lelah karena upaya mereka, namun mereka masih punya cukup cadangan personel untuk membantu menyerap guncangan," kata Philippe Gros dan Vincent Tourret, dari Foundation de Recherche Strategique (FRS) Prancis.
"Mereka menerapkan cukup tindakan anti-mobilitas untuk mempersulit gerak maju Ukraina secara signifikan," kata mereka.
Meskipun kurang terlatih, jumlah reservis yang besar seharusnya cukup untuk mempertahankan garis Rusia, "Tidak ada serangan balik Ukraina, bahkan yang paling sukses sekalipun, yang akan mengakhiri perang," kata Kashin.
Baca Juga: Kiriman Tank dan Senjata ke Ukraina Diyakini Tak akan Langsung Berdampak pada Perang Lawan Rusia
Ukraina lebih bersenjata daripada setahun yang lalu, tetapi tugasnya menjadi lebih sulit karena beberapa senjata yang dijanjikan oleh sekutu Baratnya belum sampai di garis depan, kata para ahli, menambahkan senjata tersebut kebanyakan akan digunakan untuk menggantikan peralatan yang hancur dalam 14 bulan perang.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg hari Kamis mengatakan pengiriman peralatan militer mewakili "lebih dari 98 persen dari kendaraan tempur yang dijanjikan untuk Ukraina".
Namun para analis mengatakan pengiriman NATO tidak cukup cepat untuk memberikan Ukraina kesempatan kuat merebut kembali wilayah yang hilang.
Para ahli juga memperingatkan, Ukraina punya beberapa prioritas lain selain serangan balik, termasuk menjamin keamanan kota Kiev dan Kharkiv, serta sumbu logistik antara kedua kota.
Ukraina juga harus melindungi perbatasannya dengan Belarus, memastikan jalur pasokan di dekat perbatasan dengan Rumania dan Polandia, membela Odesa di selatan, dan mencegah serangan terhadap instalasi pembangkit listrik nuklir.
Setiap kemajuan Ukraina hanya akan masuk akal jika pasukan Kiev dapat mempertahankan wilayah yang direbut, yang membawa tantangan logistik baru.
“Semakin jauh mereka merebut kembali wilayah, semakin panjang rantai pasokannya,” ujar Galer, dari Janes.
Para ahli mengatakan Presiden Volodymyr Zelensky tahu dirinya tidak bisa mengalami kekalahan militer jika ia ingin menjaga hubungan baik dengan sekutu baratnya di saat komitmen mereka terhadap Ukraina semakin dipertanyakan, terutama di Amerika Serikat.
“Ia tidak punya ruang untuk melakukan kesalahan,” kata Razoux.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.