KHARTOUM, KOMPAS.TV - Gencatan senjata selama 72 jam yang disetujui tentara Sudan dan paramiliter Sudan, Rapid Support Forces (RSF) disebut tak lancar.
Pertempuran dilaporkan masih terjadi di sejumlah wilayah di negara Afrika tersebut, meski sudah adanya kesepakatan gencatan senjata.
Seperti dilaporkan koresponden BBC, Mohamed Osman yang saat ini berada di Khartouim, mengungkapkan pertempuran terjadi di dekat Gedung TV dan radio.
Ia mengatakan tak ada bahan bakar dan minimnya dokter.
Baca Juga: Cerita Istri WNI Sukabumi yang Disekap dan Diperbudak di Myanmar: Suami Saya Dibawa ke Ruang Gelap
Selain itu, masyarakat kesulitan untuk mendapatkan makanan dan uang.
Gencatan senjata sendiri sebelumnya terjadi saat Senin (24/4/2023), dan membuat konflik perebutan kekuasaan yang terjadi 15 April terhenti sementara.
Warha di Khartoum dan Omdurman kesulitan menemukan air bersih dan makanan serta akes ke uang tunai.
Osman mengungkapkan ledakan dan temnakan senjata masih terdengar pada Rabu (26/7/2023).
Selain itu pesawat perang masih kerap muncul di udara Sudan.
Namun, situasi itu lebih sepi ketimbang sebelum gencatan senjata, dan kondisi tersebut cukup bagus untuk melanjutkan evakuasi.
Sang koresponden mengatakan ia dan keluarganya sangat sulit untuk tidur karena ledakan dan tembakan berlanjut.
Geng kejahatan juga menjarah rumah dan gedung yang kosong, serta menargetkan kendaraan,
Warga lokal ketakutan atas apa yang mungkin terjadi ketika gencatan senjata berakhir.
Diperkirakan 459 orang telah terbunuh setelah pertempuran dimulai, dan jumlah sebenarnya diyakini lebih besar.
Sejumlah negara dilaporkan telah mengevakuasi warganya ketika gencatan senjata terjadi.
Sebuah kapal mengevakuasi lebih dari 1.600 orang dari sejumlah negara dan telah tiba di Arab Saudi pada Rabu.
Baca Juga: Kemlu: 897 WNI di Sudan Dievakuasi, 557 Tiba di Arab Saudi, Dipulangkan Segera ke Tanah Air
Sedangkan Jerman dan Prancis mengatakan warga mereka telah meninggalkan Sudan.
Sementara itu, Komandan Tentara Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burgan sebelumnya dilaporkan menyetujui tambahan gencatan senjata, yang akan selesai pada Jumat (28/4/2023), selama 72 jam.
Sang jenderal telah menyetujui proposal dari Otoritas Pembangunan Antarpemerintah blok regional Afrika.
Proposal itu menyarankan baik tentara Sudan dan RSF mengirimkan wakil ke Juba di Sudan Selatan untuk membicarakan detailnya.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.