Bahan bakar padat berasal dari kembang api yang dikembangkan oleh orang China berabad-abad yang lalu, tetapi mengalami kemajuan pesat pada pertengahan abad ke-20 ketika AS mengembangkan propelan yang lebih kuat.
Uni Soviet mengoperasikan ICBM bahan bakar padat pertamanya, RT-2, pada awal 1970-an, diikuti oleh pengembangan Prancis dari S3-nya, yang juga dikenal sebagai SSBS, sebuah rudal balistik jarak menengah.
China mulai menguji ICBM bahan bakar padat pada akhir 1990-an.
Korea Selatan mengumumkan pada Jumat bahwa negaranya telah mengamankan teknologi rudal balistik bahan bakar padat yang "efisien dan canggih".
Mengapa Korea Utara berinvestasi dalam ICBM bahan bakar padat? Korea Utara mengatakan pengembangan ICBM bahan bakar padat barunya, Hwasong-18, akan "secara radikal meningkatkan" kemampuan kontra-nuklirnya.
Kantor Berita Pusat Korea mengutip pemimpin Kim Jong-un yang mengatakan Hwasong-18 akan lebih mendukung strategi militer agresif yang menjanjikan untuk mempertahankan "nuklir lawan nuklir dan konfrontasi total lawan konfrontasi total" terhadap rival Korea Utara.
Baca Juga: AS dan Korea Selatan Bersiap Kalahkan Kim Jong-Un, Rudal Nuklir Korea Utara Jadi Perhatian
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mencoba merendahkan pengujian ini, mengatakan bahwa Korea Utara akan membutuhkan "waktu dan usaha ekstra" untuk menguasai teknologi ini.
Ankit Panda, seorang fellow senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis AS, mengatakan bahwa Korea Utara dapat menghadapi kesulitan memastikan agar rudal besar ini tidak hancur ketika diameter pendorong menjadi lebih besar.
Meskipun Hwasong-18 mungkin tidak akan menjadi "pengubah permainan", katanya, kemungkinan akan mempersulit perhitungan AS dan sekutunya selama konflik.
"Penting bagi AS dan sekutunya untuk mengurangi risiko penggunaan nuklir dan eskalasi yang berasal dari kepemilikan senjata ini oleh Korea Utara," ujar Panda.
Setelah peluncuran Korea Utara pada Jumat, Korea Selatan dan AS melakukan latihan udara bersama yang melibatkan pembom B-52 AS.
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.