Pada bulan Februari, Menlu Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan AS punya intelijen yang menunjukkan China sedang mempertimbangkan untuk memberikan senjata dan amunisi kepada Rusia. Blinken lantas memperingatkan, keterlibatan semacam itu dalam upaya perang Kremlin akan menjadi "masalah serius".
Dalam beberapa hari terakhir, para pemimpin Eropa mengeluarkan peringatan serupa. Bahkan, ketika mereka mengunjungi China, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa menyerang Beijing, menyebut dukungannya terhadap Rusia selama invasi tersebut adalah "pelanggaran terang-terangan" dari komitmen PBB-nya.
Dalam pidatonya, Baerbock juga merujuk pada peran China sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Ia mengatakan China memiliki tanggung jawab khusus untuk membantu mengakhiri konflik tersebut.
"Tapi saya harus bertanya-tanya mengapa posisi China sejauh ini tidak mencakup seruan kepada pelaku agresi, Rusia, untuk menghentikan perang," sindirnya.
"Kita semua tahu Presiden (Vladimir) Putin memiliki kesempatan untuk melakukannya kapan saja, dan rakyat Ukraina tidak ingin apa-apa selain akhirnya bisa hidup dalam perdamaian lagi."
Kunjungan pemimpin China Xi Jinping ke Moskow bulan lalu menegaskan bagaimana Beijing semakin menjadi mitra senior dalam hubungan tersebut dengan memberikan Rusia jaringan ekonomi dan dukungan politik.
Pada Jumat, China mengumumkan Menteri Pertahanan Jenderal Li Shangfu akan mengunjungi Rusia minggu depan untuk pertemuan dengan rekannya, Sergei Shoigu, dan pejabat militer lainnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.