YERUSALEM, KOMPAS.TV - Pihak berwenang Israel mengatakan bahwa penyelidikan internal atas pembunuhan seorang warga Palestina berusia 26 tahun tidak menemukan kesalahan yang dilakukan polisi.
Kantor kejaksaan negara Israel menutup kasus tersebut pada hari Kamis (13/4/2023), dan mengatakan bahwa polisi bertindak "secara sah untuk membela diri".
Mohammed Alasibi, seorang warga Israel Palestina dari sebuah desa Badui di selatan negara itu, ditembak mati di Yerusalem pada 1 April lalu. Dia ditembak mati di pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa.
Polisi menuduh bahwa Alasibi menerkam seorang petugas dan mencoba merebut senjatanya. Dia berhasil melepaskan dua tembakan ke udara sebelum petugas tersebut merebut kembali senjatanya dan membunuhnya.
Saksi Palestina memberikan penjelasan yang bertentangan. Saksi mengatakan Alasibi berdebat dengan seorang petugas atas dugaan pelecehan terhadap seorang jamaah wanita dalam perjalanannya ke Masjid Al Aqsa.
Baca Juga: Kutuk Penyerbuan Israel, Yordania: Masjid Al-Aqsa Tempat Ibadah Khusus Umat Muslim
Setelah terjadi pertengkaran, warga Palestina mengatakan mereka mendengar puluhan suara tembakan, yang tampaknya ditembakkan ke arah Alasibi dari jarak dekat.
Keluarga Alasibi menyangkal dia akan mencoba menyerang seorang polisi. Mereka menggambarkan pria itu sebagai orang yang ambisius dan berkepala dingin. Mereka mengatakan dia baru saja kembali dari belajar kedokteran di Rumania dan bekerja untuk mendapatkan sertifikasi sebagai dokter di Israel.
Pengacara negara Israel mengatakan memiliki bukti yang jelas, langsung dan kuat bahwa tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh polisi. Namun mereka tidak menjelaskan atau menunjukkan bukti tersebut.
Gang-gang Kota Tua Yerusalem penuh dengan kamera keamanan. Namun demikian, polisi menyatakan bahwa tidak ada rekaman keamanan yang mereka dapatkan dari peristiwa tersebut.
"Investigasi mengungkapkan bahwa insiden itu terjadi di 'titik buta' kota tua yang tidak tercakup oleh kamera keamanan," kata pernyataan tersebut seperti dikutip dari The Associated Press.
Ahmad Tibi, seorang anggota parlemen Arab terkemuka di parlemen Israel, mengecam penyelidikan itu sebagai tindakan menutupi dan menuntut penyelidikan independen.
“Ini adalah departemen yang tidak kami percayai. Hasilnya sudah diketahui sebelumnya,” kata Tibi kepada The Associated Press.
“Kisah polisi tidak hanya tidak meyakinkan, tetapi penolakan mereka untuk mempublikasikan video apa pun dari insiden tersebut menegaskan kecurigaan kami, bahwa Mohammed dibunuh dengan darah dingin,” tambahnya.
Departemen Investigasi Pelanggaran Polisi, yang melakukan penyelidikan, sebelumnya telah mendapatkan kritik karena kerap gagal menyelidiki berbagai kasus.
Baca Juga: Penyelidik PBB: Menyangkut Warga Palestina yang Ditindas, Israel Tak Berhak Membela Diri
Laporan pengawas keuangan negara Israel dari tahun 2017 mengatakan departemen tersebut menutup sebagian besar kasus yang sedang dipertimbangkan pada tahap awal penyelidikan.
Pada 2015, 66% kasus yang dibawa ke departemen ditutup tanpa mempertanyakan petugas yang terlibat.
“Kami khawatir bahwa menutup kasus seperti ini akan menyebabkan lebih banyak penembakan, lebih banyak pembunuhan, dan lebih banyak korban jiwa,” kata Khaled Zabarqa, pengacara hak asasi manusia yang berbasis di Yerusalem.
Kompleks masjid Al-Aqsa telah lama menjadi titik ketegangan Israel-Palestina. Pekan lalu, polisi Israel menggerebek masjid yang bertujuan untuk mengusir jemaah Palestina yang memicu kerusuhan di Yerusalem, Tepi Barat, dan sekitarnya.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.