RIYADH, KOMPAS.TV - Arab Saudi menjadi tuan rumah delegasi bersejarah dari Iran dan Suriah hari Rabu, (12/4/2023) saat negara-negara Teluk bersiap memulihkan hubungan diplomatik setelah bertahun-tahun terpecah belah, perdamaian ada di depan mata Timur Tengah.
Hanya beberapa jam setelah media negara Iran melaporkan kedatangan delegasi Iran di Riyadh, Arab Saudi mengumumkan kedatangan Menteri Luar Negeri Suriah di Jeddah, kunjungan pertama sejak pecahnya perang saudara di negara itu pada tahun 2011, seperti dilaporkan oleh France24, Kamis, (13/4/2023).
Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad bertemu rekan sejawatnya dari Arab Saudi dan membahas "langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai penyelesaian politik yang lengkap terhadap krisis Suriah," kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan.
Tujuannya adalah untuk mencapai "rekonsiliasi nasional dan... membawa kembali Suriah ke dalam keluarga Arabnya dan melanjutkan peran alaminya di dunia Arab," kata pernyataan itu.
Kedua diplomat juga memastikan langkah-langkah akan diambil untuk melanjutkan layanan konsuler, dan juga mengumumkan rencana untuk melanjutkan penerbangan antara kedua negara.
Dengan Presiden Iran juga diharapkan segera tiba di Arab Saudi, dan Arab Saudi sedang bernegosiasi dengan pemberontak Houthi Yaman minggu ini dalam upaya untuk mengakhiri pertempuran di sana, optimisme makin mekar untuk kawasan Teluk yang bergejolak selama bulan suci Ramadan.
"Iran dan Suriah ada di Arab Saudi pada hari yang sama. Itu benar-benar gila dan tak terbayangkan beberapa bulan yang lalu," kata seorang diplomat Arab yang berbasis di Riyadh kepada AFP.
Pada hari Jumat, (14/4/2023) perwakilan dari sembilan negara Arab akan bertemu di Jeddah untuk membahas kemungkinan mengizinkan Suriah menghadiri pertemuan puncak Liga Arab bulan depan.
Baca Juga: Arab Saudi Bertemu dengan Pemberontak Houthi, Sinyal Perdamaian di Yaman Bakal Terjadi
Sebelum itu, Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad akan bertemu dengan rekan sejawatnya dari Arab Saudi untuk membahas "upaya untuk mencapai solusi politik terhadap krisis Suriah yang memelihara kesatuan, keamanan, dan stabilitas Suriah," kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.
Kegiatan diplomatik sebelumnya, Tehran mengumumkan kedatangan delegasi Iran di Riyadh untuk membuka jalan bagi pembukaan kembali misi diplomatik, tujuh tahun setelah hubungan terputus dengan pahit.
Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi untuk membahas "upaya mencapai solusi politik untuk krisis Suriah yang menjaga kesatuan, keamanan, dan stabilitas Suriah", kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.
Kunjungan diplomatik sebelumnya, Teheran mengumumkan kedatangan delegasi Iran di Riyadh untuk membuka jalan bagi pembukaan kembali misi diplomatik, tujuh tahun setelah putusnya hubungan yang pahit.
Kunjungan ini terjadi setelah delegasi Arab Saudi melakukan perjalanan serupa ke ibu kota Iran dan menyusul pertemuan bersejarah di Beijing antara menteri luar negeri kedua negara yang berjanji membawa stabilitas ke wilayah yang terlalu lama bergejolak.
"Delegasi Iran akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk membuka kembali kedutaan besar di Riyadh dan konsulat jenderal di Jeddah serta kegiatan perwakilan tetap Iran di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang berbasis di Jeddah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani dalam sebuah pernyataan.
Menurut Teheran, Presiden Iran, Ebrahim Raisi juga diundang datang ke Arab Saudi. Ini akan menjadi kunjungan pertama oleh seorang presiden Iran ke Arab Saudi sejak Mahmoud Ahmadinejad menghadiri pertemuan regional di Mekkah pada 2012.
Kunjungan diplomatik yang intensif ini mengikuti pengumuman bersejarah bulan lalu yang dimediasi oleh China Iran dan Arab Saudi, yang mendukung pihak yang berlawanan dalam konflik di sekitar Timur Tengah, akan bekerja untuk memulihkan hubungan.
Baca Juga: Arab Saudi akan Undang Presiden Suriah Bashar al-Assad ke KTT Liga Arab, Sinyal Perubahan Geopolitik
Riyadh memutuskan hubungan diplomatik tahun 2016 setelah para demonstran Iran menyerang misi diplomatik Saudi setelah eksekusi ulama Syiah Saudi, Nimr al-Nimr - satu dari serangkaian titik kritis antara kedua musuh lamanya.
Sejak pengumuman pada 10 Maret lalu, menteri luar negeri kedua negara telah bertemu di China dan sebuah delegasi teknis Arab Saudi bertemu dengan kepala protokol Iran di Tehran pekan lalu, menurut Kantor Berita Resmi Arab Saudi.
Delegasi Arab Saudi, yang tiba di Tehran pada Sabtu, dijadwalkan akan terbang ke Mashhad, kota kedua Iran pada hari Kamis, kata Kanani.
Pertemuan gencatan senjata di Yaman Kontak semakin meningkat, Arab Saudi juga sedang bernegosiasi dengan pemberontak Huthi yang didukung Iran di Yaman, delapan tahun setelah meluncurkan intervensi militer untuk mengusir mereka dari kekuasaan di negara tetangganya yang miskin.
Duta Besar Arab Saudi Mohammed Al-Jaber melakukan perjalanan ke ibu kota yang dikuasai pemberontak Sanaa, Yaman, pekan ini dengan harapan "menstabilkan" gencatan senjata yang sudah berakhir dan bekerja menuju "solusi politik menyeluruh" antara Huthi dan pemerintah yang digulingkan.
Arab Saudi mengumpulkan koalisi multinasional untuk melawan Huthi pada tahun 2015, setelah pemberontak merebut kendali atas Sanaa dan sebagian besar wilayah negara, memaksa pemerintah melarikan diri.
Yaman telah menjadi medan perang utama dan kedua negara juga bersaing untuk pengaruh di Suriah, Irak, dan Lebanon.
Para analis mengatakan Arab Saudi, sebagai eksportir minyak terbesar di dunia, kini ingin keluar dari perang delapan tahun untuk fokus pada proyek-proyek domestik yang bertujuan untuk melakukan diversifikasi pada ekonomi yang sangat tergantung pada energi.
Washington dengan hati-hati menyambut baik pendekatan antara Arab Saudi dan musuhnya, Iran, meskipun peran China yang dianggap sebagai tantangan global terbesar bagi Amerika Serikat.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.