TAIPEI. KOMPAS.TV - China dilaporkan telah melakukan sejumlah serangan ke Taiwan.
Namun, serangan yang dimaksud adalah sebuah simulasi perang dengan serangan ke sejumlah target di Taiwan dan pada perairan di sekitarnya.
Simulasi serangan tersebut dilakukan pada hari kedua dalam latihan militer yang dilakukan China.
Latihan yang oleh China disebut sebagai peringatan keras ke pulau yang yang memiliki pemerintahan sendiri itu, adalah tanggapan terhadap kunjungan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen ke AS pekan lalu.
Baca Juga: Otoritas Palestina Peringatkan Israel: Provokasi Bisa Ubah Al-Aqsa Jadi Medan Tempur
Dikutip dari BBC, Taiwan mengungkapkan 70 pesawat China terbang di atas kepulauan itu, Minggu (9/4/2023).
Sebanyak 11 kapal perang China juga terlihat di perairan Taiwan.
Pada Sabtu (8/4/2023), Taiwan mengatakan bahwa 45 pesawat tempur melintasi garis median Selat Taiwan, garis pemisah tak resmi wilayah Taiwan dan China.
Selain itu, mereka juga terbang ke bagian barat daya zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
Operasi yang dijuluki “Pedang Bersama” oleh Beijing itu akan berlanjut hingga Senin (10/4/2023).
Pejabat Taiwan sangat marah dengan operasi tersebut.
Pejabat Pertahanan Taiwan menuduh Beijing menggunakan kunjungan Tsai ke AS sebagai alasan untuk melakukan latihan militer, yang secara serius merusak perdamaian, stablitas dan keamanan di Kawasan.
Pada hari pertama latihan, salah satu kapal China menembakkan peluru saat berlayar di dekat Pulau Pingtan, titik terdekat China ke Taiwan.
Dewan Urusan Kelautaan Taiwan mengeluarkan rekaman video yang menunjukkan salah satu kapalnya membayangi kapal perang China, meski tak memberikan lokasi.
Pada rekaman lainnya memperlihatkan kapal perang Taiwan, Di Hua, menemani Kapal Penjaga Pantai denga napa yang disebut sebagai “kebuntuan” dengan kapal China.
Baca Juga: Israel Kawal Ratusan Pemukim Yahudi Masuk Kompleks Al-Aqsa, Batasi Jemaah Palestina
Meski latihan China berakhir saat Sabtu malam, pejabat pertahanan Taiwan mengatakan serangan jet tempur dimulai lagi pada Minggu pagi.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS telah mendesak China untuk tak mengeksploitasi kunjungan Presiden Tsai ke AS, dan menyerukan pengekangan dan tak ada perubahan pada status quo.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya memantau tindakan Beijing dengan cermat.
Mereka juga menegaskan AS memiliki sumber daya dan kemampuan yang cukup di kawasan untuk memastikan perdamaian dan stabilitas, serta untuk memenuhi komitmen keamanan nasional.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.