ATHENA, KOMPAS.TV - Korban tewas tabrakan kereta yang terjadi Selasa (28/2/2023) lalu, terus bertambah dan kini telah menjadi 57 orang.
Salah satu dari 10 petugas koroner yang bekerja untuk melakukan investigasi kecelakaan tersebut mengungkapkan, DNA dari 57 jasad telah diambil.
Pemerintah menyalahkan langkah penghematan saat krisis ekonomi melanda Yunani pada 2000-an berkontibusi dalam kurangnya investasi untuk kereta api.
Sedangkan para pekerja kereta api menyalahkan kelalaian Pemerintah Yunani atas insiden ini.
Baca Juga: Menteri Transportasi Yunani Mengundurkan Diri Buntut Kecelakaan Maut Kereta yang Tewaskan 36 Jiwa
Mereka pun melakukan unjuk rasa sepanjang hari Kamis (2/3) kemarin.
Sementara itu, kemarahan di masyarakat atas insiden tersebut kian besar.
Lebih dari 2.000 orang berdemonstrasi di Athena dan Thessaloniki.
“Kami marah terhadap perusahaan, pemerintah, dan pemerintah sebelumnya yang tak melakukan apa-apa untuk meningkatkan kondisi kereta api Yunani,” kata salah seorang pengunjuk rasa, Stavros Nantis di Athena dikutip dari BBC.
Saat ini, pekerja penyelamat masih melewati gerbong yang terbakar dan tertekuk, mencari korban.
Menurut anggota penyelamat, Konstantinos Imanimidis, saat ini adalah momen tersebut, karena alih-alih menyelamatkan nyawa, mereka harus membawa keluar jasad.
Kecelakaan dahsyat tersebut terjadi pada tengah malam hari Selasa.
Ketika itu sebuah kereta penumpang yang membawa 350 orang bertabrakan dengan kereta barang setekah keduanya berada di jalur yang sama.
Insiden itu pun menyebabkan gerbong depan terbakar.
Banyak orang di Yunani melihat kecelakaan tersebut sebagai insiden yang menunggu akan terjadi.
Serikat pekerja kereta api pun menyalahkan pemerintah saat ini yang tak menghormati kereta api Yunani sehingga mentebabkan hasil yang tragis ini.
Baca Juga: Hanya Dapat Rp345 Ribu Usai Rampok SPBU, Pria Ini 14 Tahun Sembunyi di Gua Pegunungan Terpencil
Sementara itu, menurut Wakil Menteri Kesehatan Yunani, Zoe Rapti, berinvestasi di jaringan kereta api semakin sulit karena hutang krisis finansial pada 2010.
Hal itu berujung pada langkah penghematan drastic sebagai perubahan dari penyelamatan finansial oleh Uni Eropa dan International Monetary Fund (IMF).
“Tentu saja semuanya seharusnya dilakukan pada tahun-tahun saat ini, tetapi seperti yang Anda ingat, Yunani mengalami krisis ekonomi besar selama lebih dari 10 tahun, yang mana banyak hal tertunda,” katanya.
Rapti pun menegaskan investigasi besar-besaran akan dilakukan, yang ia janjikan akan memberikan jawaban.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.