RIYADH, KOMPAS.TV - Arab Saudi ternyata diancam bahaya obesitas di kalangan rakyatnya, yang membuat pemerintah negara itu bergerak.
Pemerintah Arab Saudi dilaporkan memimpin reformasi anti-kegemukan.
Berdasarkan studi yang dipublikasi Bank Dunia pada tahun lalu, satu dari lima orang dewasa di Saudi mengalami obesitas.
Studi tersebut menggambarkan masalah tersebut cukup menggelisahkan.
Baca Juga: AS Larang TikTok karena Khawatir Data Disadap, Ini Daftar Negara yang Larang Aplikasi dari China
Berdasarkan Pengawasan Obesitas Global, Saudi saat ini berada di posisi ke-17 rangking internasional prevalensi obesitas.
Mereka berada di tiga urutan di bawa Amerika Serikat, Qatar dan Kuwait.
Dikutip dari Al-Jazeera, Rabu (1/3/2023) itu yang membuat Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman mengeluarkan agenda reformasi Vision 2030.
Agenda reformasi tersebut termasuk tujuan untuk untuk menurunkan obesitas dan diabetes pada akhir dekade ini.
Upaya tersebut terbantu oleh banyaknya restoran baru yang menawarkan alternatif yang lebih sehat untuk beberapa makanan tradisional.
Seorang analis keuangan, Asim al-Shammari, mengungkapkan baru-baru ini beralih ke restoran yang menyajikan makanan sehat.
“Saya biasa memakan burger, roti shawarma atau kabas saat saya sedang bekerja,” ujar pria berusia 28 tahun tersebut.
“Ini meningkatkan obesitas, khususnya selama delapan jam kerja dan kurangnya pergerakan,” ujanya.
Selama satu dekade, warga Saudi banyak menghabiskan banyak waktu di restoran, pusat perbelanjaan, karena itu makanan menjadi pusat hiburan negara itu.
Baca Juga: Xi Jinping dan Lukashenko Bertemu, Sekutu Putin Serukan Perdamaian di Ukraina
Apalagi, mengingat suhu tinggi membatasi aktivitas luar ruangan setiap tahun.
Pada 2019, Kementerian Kesehatan Saudi mulai mengharuskan restoran untuk menyertakan informasi kalori di menu, untuk mendukung konsumsi makanan sehat.
Pilihan makanan cepat saji seperti McDonald's dan jaringan lokal seperti Al-Baik, tetap ada di kota-kota utama negara kerajaan itu.
Tetapi, mereka mulai menghadapi persaingan lebih bervariasi.
Sumber : Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.