KIEV, KOMPAS.TV – Pertempuran antara Ukraina dan Rusia masih berlanjut setelah kedua negara memperingati serangan militer Rusia pada hari Jumat kemarin. Pada hari Sabtu (25/2/2023), otoritas Ukraina melaporkan puluhan serangan rudal dan jet tempur Rusia yang menargetkan kota-kota di bagian timur dan selatan Ukraina.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang tampaknya tak kenal lelah setelah hari peringatan yang sedih dan konferensi pers maraton pada Jumat kemarin, mengunggah postingan video baru yang menyatakan bahwa "Rusia harus kalah di Ukraina" dan berpendapat bahwa kekuatan Rusia bisa dikalahkan tahun ini.
Di tweet terpisah, Zelenskyy juga mendorong untuk lebih banyak tekanan sanksi terhadap Rusia setelah Inggris, AS, dan Uni Eropa semuanya mengumumkan langkah-langkah baru yang bertujuan untuk lebih mengekang pendanaan dan dukungan untuk Moskow.
"Tekanan pada penyerang Rusia harus meningkat," tulis Zelenskyy di Twitter dalam bahasa Inggris.
Dia mengatakan Ukraina ingin melihat "langkah-langkah tegas" terhadap perusahaan nuklir negara Rusia Rosatom dan industri nuklir Rusia serta "tekanan lebih pada militer dan perbankan."
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan pekan ini bahwa Rosatom dan kementeriannya harus bekerja untuk memastikan bahwa Rusia siap untuk melanjutkan pengujian senjata nuklir jika diperlukan. Dia mengeklaim AS sedang bekerja pada senjata nuklir dan beberapa pihak di AS sedang mempertimbangkan rencana untuk melakukan uji coba nuklir yang dilarang pada aturan pelarangan pengujian global yang berlaku setelah akhir Perang Dingin.
"Jika AS melakukan uji coba, kami juga akan melakukannya," kata Putin.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina Rebutan Heningkan Cipta di Forum PBB, Utusan Moskow Ketuk-Ketuk Mikrofon
Rusia menjadi negara yang paling banyak dikenakan sanksi di dunia selama setahun terakhir, ditargetkan dengan sanksi oleh lebih dari 30 negara yang mewakili lebih dari setengah ekonomi dunia. Namun, tekanan pada ekonominya, perdagangan, dan sektor usaha belum memberikan pukulan telak.
Duta Besar Rusia untuk Washington, Anatoly Antonov, menyebut sanksi AS terbaru sebagai "tidak dipikirkan dengan matang".
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.