JAKARTA, KOMPAS.TV - Invasi Rusia ke Ukraina akan tepat berumur satu tahun pada 24 Februari 2023 mendatang.
Mulanya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut invasi ke Kyiv ini sebagai operasi militer khusus. Nyatanya, invasi ini menjadi perang yang berkepanjangan.
Kompas.tv merangkum sejumlah momen penting yang terjadi selama satu tahun invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga: Jelang Setahun Invasi Rusia ke Ukraina, AS Tuduh China Kirim Senjata ke Tentara Putin
Pada 24 Februari, Vladimiri Putin memerintahkan pasukan militer Rusia untuk menginvasi Ukraina dari wilayah utara, timur, dan selatan.
Putin mengesampingkan kecaman dan sanksi internasional, sekaligus memeringatkan negara-negara lain yang campur tangan akan mendapatkan "konsekuensi yang belum pernah Anda lihat."
Alasan utama Putin melancarkan agresi ke Urkaina adalah keamanan negaranya. 'Operasi militer khusus' ini dianggap Putin sebagai langkah untuk melindungi etnis Rusia dan mencegah Ukraina bergabung dengan NATO.
Ukraina dan Barat menolak klaim Putin soal kemananan negaranya dan merespons dengan sanksi ekonomi.
Dengan cepat, pasukan militer Rusia mencapai pinggiran Kota Kyiv. Tetapi, upaya mereka merebut ibu kota Ukraina dan kota-kota lainnya mendapatkan perlawanan sengit.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyatakan akan tetap tinggal di Kyiv dan menegaskan bakal mempertahankan negaranya.
Baca Juga: Rusia Serang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Terbesar di Ukraina
Tertanggal 2 Maret 2022, Rusia mengklaim telah mengambil alih kontrol Kota Kherson. Pada awal bulan Maret ini, pasukan Rusia juga merebut sisa wilayah Kherson dan mengokupasi sebagian besar wilayah dekat Kherson, Zaporizhzhia, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbesar di Eropa, PLTN Zaporizhzhia.
Namun, konvoi tentara Rusia menemui rintangan. Mereka terjebak di dekat Kyiv. Barisan pasukan Rusia yang membentang dari jalan raya menuju Kota Kyiv itu menjadi sasaran empuk bagi altileri dan drone Ukraina.
Pada 16 Maret, Rusia juga menyerang teater di wilayah Mariupol, kota pelabuhan strategis yang menjadi tempat warga sipil berlindung. Itu merupakan salah satu serangan paling mematikan dalam perang ini, menewaskan ratusan orang.
Pada 29 Maret, Moskow mengumumkan penarikan pasukan dari Kyiv dan daerah lain dan mengalihkan fokus pada jantung industri Ukraina di wilayah Timur, Donbas. Donbas sendiri merupakan markas separatis yang didukung Rusia sejak aneksasi Krime pada 2014 silam.
Penarikan tentara Rusia dari Kyiv juga mengungkapkan ratusan jenazah warga sipil di Kota Bucha. Banyak dari jenazah tersebut ditemukan tanda-tanda penyiksaan. Hal ini mengundang reaksi dari para pemimpin dunia yang meminta Rusia untuk bertanggung jawab atas kemungkinan kejahatan perang.
Kemudian, pada 9 April sebuah serangan misil Rusia ke stasiun kereta api di timur Kota Kramatorsk menewaskan 52 warga sipil dan melukai lebih dari 100 orang.
Baca Juga: Tentara Rusia Terekam Bicarakan Pembantaian di Bucha Ukraina, Hasil Sadapan Intelijen Jerman
Pertempuran keras juga berkecamuk di Mariupol, di Laut Azov. Pengeboman artileri Rusia membuat sebagian besar wilayah tersebut menjadi reruntuhan.
Empa hari setelah serangan stasiun kereta Kramotrsk, kapal Misil Moskow, kapal utama Armada Laut Hitam Rusia, dihantam oleh rudal Urkaina dan tenggelam keesokan harinya.
Pada 16 Mei, pasukan tentara Ukrian yang berada di pabrik baja Azovstal, benteng terakhir Ukraina di Mariupol, akhirnya menyerah kepada tentara Rusia usai dikepung selama hampir tiga bulan.
Pada 18 Mei, Finlandia dan Swedia mengajukan permohonan mereka untuk bergabung dengan NATO. Ini menjadi pukulan telak bagi Moskow.
Baca Juga: Kuasai Penuh Kawasan Industri Azovstal di Mariupol, Tentara Rusia Mulai Bersihkan Ranjau dan Peledak
Pada bulan kelima invasi, Barat semakin rajin mengirimkan senjata ke Ukriana, termasuk sejumlah peluncur roket HIMARS yang dipasok oleh Amerika Serikat (AS).
Pada tanggal 30 Juni, pasukan Rusia mundur dari Pulau Ular, yang terletak di lepas pantai pelabuhan Laut Hitam Odesa dan direbut pada hari-hari pembukaan invasi.
Tanggal 22 Juli, Rusia dan Ukraina melakukan perundingan dan dimediasi oleh PBB dan Turki. Perundingan tersebut mencapai kesepakatan untuk membuka blokir pasukan bahan pangan (biji-bijian) yang tertahan di pelabuhan Laut Hitam Ukraina, mengakhiri kebuntuan yang mengancam keamanan pangan global.
Satu pekan berselang, sebuah serangan rudahl menghantam sebuah penjara di kota timur Olenivka yang dikuasai Rusia, tempat penahana para tentara Ukraina yang ditangkap di Mariupol.
Serangan rudal tersebut menewaskan sedikitnya 53 orang. Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas serangan itu.
Baca Juga: Serangan Drone Hantam Markas Armada Laut Hitam Rusia, Ukraina Tetap Tuduh Moskow Merudal Tawanan
9 Agustus 2022, ledakan besar terjadi di pangkalan udara di Krimea. Seminggu kemudian, ada lebih banyak ledakan yang juga menghantam gardu listrik dan gudang amunisi.
Ini menandakan kerentanan semenjanjung Laut Hitam yang dianeksasi Moskow, telah digunakan Rusia sebagai pusat pasokan utama untuk perang. PIhak Ukraina mengakui bahwa serangan ke Krimea dilaancarkan oleh pasukan Kyiv.
Pada 20 Agustus, Darya Dugina, anak perempuan dari Ideolog Nasionalis Rusia Alexander Dugin tewas dalam ledakan bom mobil di luar kota Moskow. Otoritas menyalahkan Ukraina atas kejadian ini.
6 September, pasukan Ukraina melancarkan serangan kejutan di timur laut Kharkiv dan memukul mundur Rusia dari wilayah yang telah dikuasai selama berbulan-bulan itu.
Pekan ketiga bulan September, Putin memerintahkan mobilisasi 300.000 tentara reservist (cadangan). Langkah ini membuat raturan ribu pria Rusia melarikan diri ke negara tetangga untuk menghindari perekrutan.
Pada 21 September, Rusia juga dengan tergesa-gesa menggelar 'referendum' ilegal di wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Pemungutan suara itu dianggap palsu oleh Barat dan Ukraina.
Akhir bulan, tepatnya tanggal 30 September, Putin menandatangani dokumen untuk mencaplok empat wilayah tersebut dalam sebuah upacara yang berlangsung di Kremlin.
Baca Juga: Eks PM Israel Ungkap Putin Buat Janji Mengejutkan: Ia Tak akan Bunuh Zelenskyy
Memasuki tanggal 8 Oktober, sebuah truk bermuatan bahan peledak, meledak di jembatan penghubung daratan Rusia ke Krime. Putin menuding Ukraina dalang dari ledakan tersebut.
Lalu, Rusia merespons dengan melancarkan serangan rudal ke pembangkit listrik Ukraina dan sejumlah infrastruktur utama lainnya.
Serangan tersebut terus belanjut hingga bulan-bulan berikutnya secara teratur dan menyebabkan pemadaman listrik bergilir di penjuru Ukraina.
Pada 9 November, Rusia mengumumkan penarikan mundur pasukannya dari Kota Kherson usai mendapat serangan balasan dari Ukraina. Itu menjadi hal memalukan bagi Kremlin, lantaran Kherson merupakan satu-satunya pusat regional yang sukses direbut Moskow.
Militer Rusia mengungkapkan Ukraina menggunakan drone untuk menargetkan dua pangkalan bom jarak jauh yang berada jauh di dalam wilayah Rusia.
Ukraina terus melancarkan serangannya hingga akhir bulan. Serangan-serangan tersebut juga menegaskan bahwa Ukraina telah mengetahui celah pertahanan Rusia.
Pada 21 Desember, Presiden Zelenskyy mengunjungi Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden. Pertemuan ini dilakukan untuk mengamankan bantuan sistem rudal pertahanan Patriot dan senjata lainnya. Ini juga perjalanan luar negeri pertama Zelenskyy sejak invasi Rusia.
Beberapa saat setelah pergantian tahun, puluhan tentara Rusia yang baru dimobilisasi tewas oleh serangan rudal Ukraina di Kota Makiivka. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut ada total 89 tentara yang tewas dari serangan tersebut. Tetapi, Ukraina mengklaim jumlah korban tewas mencapai ratusan.
Pada 12 Januari, Rusia mengumumkan penaklukkan kota tambang garam, Soledar. Ukraina tidak mengakui pengumuman tersebut. Moskow juga menekan serangannya ke benteng Ukraina yang terletak di Bakhmut.
Pada 14 Januari, ketika Rusia meluncurkan gelombang serangan lain ke fasilitas energi Ukraina, sebuah rudal Rusia menghantam sebuah gedung apartemen di kota Dnipro, menewaskan 45 orang.
Baca Juga: Rusia Tuduh Ukraina Serang Rumah Sakit di Daerah Pendudukan dengan HIMARS, 14 Orang Tewas
Senin, 20 Februari kemarin, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden membuat kunjungan dadakan ke Kyiv.
Biden disebut menjanjikan bantuan militer baru jelang peringatan setahun invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari mendatang. Di Kiev, Biden mengumumkan bantuan berupa peluru artileri, rudal anti-tank, radar pengintaian udara, dan bantuan lain senilai 500 juta dolar AS.
Baca Juga: Mendadak Kunjungi Ukraina, Ini Janji Biden kepada Zelenskyy
"Pada malam gelap setahun lalu itu, dunia benar-benar bersiap untuk kejatuhan Kiev. Bahkan mungkin akhir dari Ukraina. Setahun kemudian, Kiev masih berdiri," kata Biden, dikutip Associated Press.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.