WASHINGTON, KOMPAS.TV - Jurnalis investigasi Amerika Serikat (AS), Seymour Hersh merasa yakin Ukraina tak akan menang lawan Rusia pada konflik yang terjadi saat ini.
Jurnalis investigasi kenamaan berusia 85 tahun tersebut menegaskan, keyakinan Pemerintah AS bahwa Ukraina akan menang dalam perang ini adalah tindakan bunuh diri.
Hal tersebut diungkapkan Hersh saat diwawancarai oleh portal berita Consortium News, Jumat (17/2/2023).
“Jika Anda berpikir bisa memenangkan perang, Ukraina bisa memenangkan perang, maka itu adalah tindakan bunuh diri,” katanya dikutip dari TASS.
Baca Juga: Jelang Setahun Invasi Rusia ke Ukraina, Zelenskyy Bersikeras Tak akan Serahkan Wilayah Negaranya
Menurut Hersh, hal itu merupakan keputusan buruk Pemerintah AS, mengingat banyaknya korupsi di Ukraina.
“Kita seharusnya mendorong perdamaian, kita seharusnya membuat kesepakatan,” tambah Hersh.
Menurutnya, adalah sebuah tindakan bodoh dari AS untuk tak segera meyakinkan Pemerintah Rusia, bahwa mereka tak berminat membuat Ukraina menjadi anggota NATO.
“NATO tak menginginkan Ukraina karena korupsi di sana. Ada banyak kesalahan di sana. Mustahil untuk percaya betapa bodohnya kepemimpinan ini, dan kemudian mereka terjebak dalam perang,” katanya.
Hersh sendiri pada 8 Februari lalu menuliskan artikel investigasi, yang menurut sumber yang diterimanya bahwa penyelam AS telah memasang alat peledak di pipa gas Nord Stream 1 dan 2 di bawah penyamaran latihan BALTOPS pada Juni 2022.
Ia mengatakan, pihak Norwegia kemudian mengaktifkan dan meledakkan bom tersebut tiga bulan kemudian.
Hersh menegaskan keputusan itu dilakukan lewat operasi yang dibuat Presiden AS Joe Biden secara pribadi, setelah diskusi selama 9 bulan dengan spesialis keamanan Gedung Putih.
Baca Juga: China dan Rusia Makin Mesra, NATO Minta Negara-Negara Demokrasi Bersatu Hadapi Kediktatoran
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adrienne Watson pun kemudian mengatakan bahwa apa yang diungkapkan Hersh salah dan sepenuhnya fiksi.
Hersh sendiri terkenal pada 1989 setelah mengekspos Pembantaian May Lay saat Perang Vietnam.
Pemberitaan itu yang kemudian membuatnya menerima Penghargaan Pulitzer pada 1970.
Ia juga salah satu jurnalis yang meliput skandal Watergate untuk New York Times pada 1970-an, serta penyiksaan terhadap tahanan di Abu Ghraib di Irak oleh militer AS pada 2004.
Sumber : TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.