Selain rumah, ia juga harus kehilangan dua anaknya karena gempa dahsyat tersebut.
“Apa yang sekarang harus saya lakukan. Kami tak menerima tenda, tak ada bantuan, apa pun. Kami tak menerima apa pun kecuali ampunan Tuhan hingga sekarang,” katanya.
“Dan sekarang, saya di sini dibiarkan berkeliaran di jalanan,” ujarnya.
Di Suriah, yang bergerak dalam melakukan penyelamatan adalah Pasukan Pertahanan Sipil Suriah, yang dikenal sebagai Helm Putih.
Mereka bergerak di area yang diduduki oleh kelompok oposisi, dan melakukan segalanya dengan beliung dan linggis.
Para penyelamat yang menerima dana dari Pemerintah Inggris itu kekurangan perlatan penyelamat modern.
Anggota Helm Putih sendiri mengalami kelelahan, dan salah satu anggota, Ismail al-Abdullah menggambarkan apa yang disebutnya sebagai pengabaian dunia terhadap rakyat Suriah.
Baca Juga: Ribuan Bangunan Runtuh, Turki Buru Kontraktor yang Bangun di Daerah Terdampak Gempa
Ia mengatakan komunitas internasional berlumuran darah.
“Kami berhenti mencari penyintas setelah 120 jam telah lewat. Kami melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan warga kami, tetapi kami tak mampu. Taka da satu pun yang mendengarkan kami,” ujarnya.
“Sejak satu jam pertama kami menyerukan untuk adanya aksi, meminta pertolongan segera. Tak ada satu pun yang merespons. Mereka hanya mengatakan, ‘kami bersama kalian’, tak ada yang lain. Kami mengatakan kami butuh peralatan, tak ada yang merespons,” ujarnya.
Suriah sendiri tengah terbagi setelah terjadinya perang sipil antara pihak oposisi dan pemerintah yang hingga kini belum juga berakhir.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.