Misalnya, kata Lund, bank kemungkinan memblokir transaksi dana ke organisasi bantuan di negara yang disanksi karena khawatir melanggar ketentuan sanksi.
Selain itu, Lund menyebut sejumlah sanksi AS dan Uni Eropa sengaja ditujukan untuk mencegah rekonstruksi wilayah bekas perang yang dikontrol pemerintah. Barat mendesak solusi politis sebelum mencabut sanksi ke rezim Bashar Al-Assad.
Sejauh ini, AS dan sekutunya enggan membuka pintu bantuan jika mesti melalui tangan pemerintah Suriah. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price menyebut pihaknya telah menyalurkan bantuan ke Suriah melalui "mitra-mitra humanis di lapangan."
"Ironis, atau bahkan kontraproduktif bagi kami jika menjangkau sebuah pemerintahan yang berlaku brutal ke rakyatnya selama sepuluh tahun terakhir," kata Price.
Price menyebut bantuan dari AS ke wilayah yang dikontrol pemerintah Suriah sudah disalurkan melalui mitra-mitranya. Demikian juga dengan Uni Eropa dan Inggris Raya.
"Ini demi memastikan bahwa bantuan kami tidak dialihkan oleh aktor-aktor jahat atau rezim Assad dan mencapai penerima manfaat yang ditujukan," kata Price.
Di lain sisi, mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilaporkan hanya mengizinkan penyaluran bantuan melalui penyebarangan Bab Al-Hawa. Namun, akibat gempa, titik perbatasan ini mengalami kerusakan sehingga menghambat distribusi.
Meskipun Barat mengaku telah menyalurkan bantuan melalui mitra-mitranya, organisasi relawan White Helmets menyebut bantuan ke wilayah terdampak masih terbatas. White Helmers merupakan kelompok yang dipercaya AS dan Inggris Raya di wilayah yang dikontrol pemberontak.
"Ada janji-janji bahwa bantuan akan sampai kepada kami, tetapi tidak ada apa pun yang sampai di sini hingga sekarang," kata Kepala White Helmets Raed Saleh.
Baca Juga: Duh, Korban Jiwa Gempa Turki-Suriah Lampaui 11.000, Asa Temukan Penyintas Semakin Pudar
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.