PARIS, KOMPAS.TV - Sebuah komet yang baru ditemukan dapat terlihat dengan mata telanjang saat melesat melewati Bumi dan Matahari dalam beberapa minggu mendatang. Komet ini dapat dilihat untuk pertama kalinya dalam 50.000 tahun, kata para astronom seperti laporan Straits Times, Sabtu (7/1/2023).
Komet itu disebut C/2022 E3 (ZTF), dinamakan berdasarkan nama pusat antariksa Zwicky Transient Facility, yang pertama kali melihatnya melewati Jupiter pada Maret 2022.
C/2022 E3 (ZTF) adalah komet periode panjang yang ditemukan oleh Zwicky Transient Facility pada 2 Maret 2022.
Komet akan mencapai perihelionnya pada 12 Januari 2023 pada jarak 1,11 AU (166 juta km) dan pendekatan terdekat ke Bumi pada 1 Februari 2023 pada jarak 0,28 AU (42 juta km).
Komet tersebut diharapkan menjadi lebih terang dari magnitudo 6 dan dengan demikian dapat terlihat dengan mata telanjang.
Setelah melakukan perjalanan dari lintasan es tata surya kita, ia akan datang paling dekat ke Matahari pada 12 Januari dan melewati terdekat ke Bumi pada 1 Februari.
Baca Juga: Catat Waktunya, 6 Hujan Meteor dan 1 Komet Melintas selama 2 Pekan ke Depan
Ini akan mudah dikenali dengan teropong yang bagus dan bahkan mungkin dengan mata telanjang, asalkan langit tidak terlalu diterangi oleh lampu kota atau bulan.
"Komet itu akan menjadi paling terang ketika paling dekat dengan Bumi," kata Dr Thomas Prince, seorang profesor fisika di Institut Teknologi California, yang bekerja di Zwicky Transient Facility.
Terbuat dari es dan debu serta memancarkan aura kehijauan, komet tersebut diperkirakan punya diameter sekitar satu kilometer, kata Dr Nicolas Biver, astrofisikawan di Observatorium Paris.
Itu membuatnya jauh lebih kecil daripada Neowise, komet terakhir yang terlihat dengan mata telanjang, yang melewati Bumi pada Maret 2020, dan Hale-Bopp, yang melintas pada 1997 dengan diameter sekitar 60 km yang berpotensi membawa kiamat di bumi.
Tapi kunjungan terbaru akan datang lebih dekat ke Bumi. "Mungkin mengungkap fakta bahwa itu tidak terlalu besar," kata Dr Biver.
Sementara komet tersebut paling terang saat melewati Bumi pada awal Februari, bulan purnama dapat mempersulit pengamatan.
Untuk Belahan Bumi Utara, Dr Biver menyarankan minggu terakhir bulan Januari, ketika komet melintas di antara konstelasi Ursa Minor dan Ursa Major.
Bulan baru selama akhir pekan 21-22 Januari menawarkan peluang bagus bagi pengamat bintang, katanya.
“Kami juga bisa mendapatkan kejutan yang menyenangkan dan objeknya bisa dua kali lebih terang dari yang diperkirakan,” tambah Dr Biver.
Dr Prince mengatakan kesempatan lain untuk menemukan komet di langit akan datang pada 10 Februari, saat melintas di dekat Mars.
Komet tersebut menghabiskan sebagian besar hidupnya setidaknya 2.500 kali lebih jauh dari Bumi dari Matahari.
Dr Biver mengatakan, komet itu diyakini berasal dari Awan Oort, teori bola luas yang mengelilingi tata surya yang merupakan rumah bagi benda-benda es misterius.
Baca Juga: Asteroid yang Sengaja Dihantam Wahana Luar Angkasa Berhasil Bergeser Orbitnya
Terakhir kali komet melewati Bumi adalah selama periode Paleolitik Muda ketika manusia Neanderthal masih menjelajahi bumi.
Dr Prince mengatakan kunjungan komet berikutnya ke tata surya bagian dalam diperkirakan terjadi dalam 50.000 tahun lagi.
Namun Dr Biver mengatakan ada kemungkinan setelah kunjungan ini, komet tersebut akan terlontar secara permanen dari tata surya.
Di antara mereka yang mengamati dengan cermat adalah James Webb Space Telescope. Namun, itu tidak akan mengambil gambar, melainkan memelajari komposisi komet, kata Dr Biver.
Semakin dekat komet ke Bumi, semakin mudah bagi teleskop untuk mengukur komposisinya. “Saat Matahari mendidih dari lapisan terluarnya," kata Dr Prince.
"Pengunjung langka ini akan memberi kita informasi tentang penghuni tata surya kita jauh di luar planet yang paling jauh," tambahnya.
Sumber : Straits Times/Virtual Telescope Project
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.