Dalam wawancara Chosun Ilbo, Yoon mengatakan, meskipun senjata nuklir AS adalah milik AS, namun perencanaan, berbagi intel, dan latihan yang melibatkannya harus dilakukan bersama dengan Korea Selatan. Namun dia merasa sulit untuk meyakinkan orang-orangnya tentang jaminan keamanan dengan tingkat komitmen keamanan AS saat ini.
Korea Selatan tidak punya senjata nuklir dan berada di bawah perlindungan "payung nuklir" AS, yang menjamin respons Amerika yang menghancurkan jika terjadi serangan terhadap sekutunya.
Tetapi beberapa ahli mempertanyakan keefektifan komitmen keamanan semacam itu, dengan mengatakan keputusan untuk menggunakan senjata nuklir AS terletak pada presiden AS.
Kantor Yoon tidak memberikan banyak detail tentang pembicaraan pemerintahnya dengan Amerika Serikat. Beberapa pengamat mengatakan, Korea Selatan berusaha mendapatkan peran yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan AS tentang pengerahan aset nuklirnya pada saat terjadi ketegangan dengan Korea Utara.
Baca Juga: Keki Drone Korea Utara Melenggang Masuk, Korea Selatan Anggarkan Rp 7 triliun Senjata Anti Drone
Kim Taewoo, mantan kepala Institut Korea untuk Unifikasi Nasional Seoul, mengatakan Korea Selatan-AS mungkin mendiskusikan "pengaturan pembagian nuklir gaya NATO" yang memungkinkan pesawat tempur negara-negara anggota NATO membawa senjata nuklir AS.
Dia mengatakan diskusi tersebut tampaknya masih jauh dari pengaturan senjata nuklir seperti NATO karena latihan nuklir antara kedua negara kemungkinan besar akan dilakukan oleh pesawat angkatan udara Korea Selatan, yang mengawal pesawat AS yang melakukan simulasi serangan nuklir selama latihan bersama.
"Korea Utara akan menanggapi ini secara sensitif. (Korea Selatan dan AS) sedang mendiskusikan ini untuk membuat Korea Utara menanggapi ini secara sensitif... Karena itu bisa menjadi pencegahan terhadap Korea Utara," kata Kim Taewoo.
Dia mengatakan Korea Selatan dan Amerika Serikat kemungkinan menggunakan saluran tidak resmi untuk membahas topik tersebut, yang memungkinkan Korea Selatan bisa mengeklaim sedang mendiskusikan masalah ini dengan AS, dan pada saat yang sama memungkinkan Washington untuk menyangkalnya.
Tahun lalu, Korea Utara melakukan sejumlah tes senjata dengan meluncurkan berbagai rudal balistik yang mampu mencapai daratan AS, Korea Selatan dan Jepang.
Pada bulan September, Korea Utara juga mengadopsi undang-undang baru yang mengizinkan penggunaan bom secara preemptive dalam berbagai kasus, termasuk skenario nonperang.
Pernyataan itu juga memuat persetujuan mereka untuk mendukung saling berbagi informasi aliansi, perencanaan bersama, dan pelaksanaan.
Selama pertemuan partai yang berkuasa baru-baru ini berakhir, Kim Jong Un memerintahkan perluasan "eksponensial" persenjataan nuklir negaranya dan produksi massal senjata nuklir taktis dengan misi menyerang Korea Selatan, serta pengembangan ICBM baru yang ditugaskan untuk memiliki kemampuan serangan balik nuklir cepat, senjata yang dia butuhkan untuk menyerang daratan Amerika Serikat, seperti lapor media pemerintah Korea Utara hari Minggu.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.