KIEV, KOMPAS.TV — Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping berjanji memperdalam kerja sama bilateral mereka di tengah perang Rusia dan Ukraina yang sudah berlangsung selama 10 bulan, Jumat (30/12/2022).
Melansir Associated Press, pembicaraan itu terjadi di tengah hantaman drone dan roket rusia setelah pengeboman rudal skala besar Rusia terhadap berbagai lokasi di Ukraina.
Putin dan Xi Jinping tidak secara langsung menyebut Ukraina dalam sambutan pembukaan mereka pada konferensi video yang disiarkan secara terbuka itu, sebelum kemudian melakukan pembicaraan tertutup.
Keduanya saling memuji penguatan hubungan antara Moskow dan Beijing di tengah apa yang mereka sebut "ketegangan geopolitik" dan "situasi internasional yang sulit". Putin juga mengungkapkan keinginannya untuk memperluas kerja sama militer.
“Dalam menghadapi meningkatnya ketegangan geopolitik, signifikansi kemitraan strategis Rusia-Tiongkok tumbuh sebagai faktor stabilisasi,” kata Putin, yang serangannya ke Ukraina terhalang oleh perlawanan sengit Ukraina yang diperkuat bantuan militer Barat.
Pemimpin Rusia itu mengatakan dia berharap Xi melawat ke Moskow pada musim semi tahun 2023. Perjalanan itu, kata Putin, "akan menunjukkan kepada seluruh dunia kekuatan hubungan Rusia-Tiongkok dalam isu-isu utama, akan menjadi acara politik utama dalam hubungan bilateral".
Putin menyebut kerja sama militer punya "tempat khusus" dalam hubungan antara kedua negara, mengatakan Kremlin bertujuan "memperkuat kerja sama antara angkatan bersenjata Rusia dan China."
Baca Juga: Keras! Rusia Ogah Turuti Tiga Permintaan Damai dari Volodymyr Zelenskyy
Saat tiba gilirannya berbicara, melalui seorang penerjemah, Xi Jinping menyatakan, "dalam menghadapi situasi internasional yang sulit dan jauh dari terus terang, Beijing siap meningkatkan kerja sama strategis dengan Rusia, saling memberikan peluang pembangunan, menjadi mitra global untuk kepentingan rakyat negara kita dan demi kepentingan stabilitas di seluruh dunia."
Dalam laporannya tentang pertemuan tersebut, penyiar negara China CCTV menggambarkan peristiwa di Ukraina sebagai "krisis". Istilah tersebut menandai penyimpangan dari referensi biasa China ke "situasi Ukraina", dan perubahan tersebut mungkin mencerminkan kekhawatiran China yang meningkat tentang arah konflik.
"Xi Jinping menekankan China mencatat bahwa Rusia tidak pernah menolak untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi diplomatik, yang mana (China) menyatakan apresiasinya," lapor CCTV.
Hubungan antara Moskow dan Beijing semakin kuat sejak Putin mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari. Baru minggu lalu, Moskow dan Beijing mengadakan latihan angkatan laut bersama di Laut China Timur. Putin dan Xi juga berbicara melalui tautan video Desember lalu.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.